Ancaman Konflik Iran-Israel: Rupiah Tertekan, Nilai Tukar Anjlok

Redaksi

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) melemah pada Kamis (20/06/2025). Pelemahan ini mencapai 94 poin atau 0,57 persen, menutup perdagangan di angka Rp16.406 per dolar AS. Kepala Ekonom Permata Bank, Josua Pardede, menjelaskan beberapa faktor yang menyebabkan penurunan ini. Ancaman geopolitik dan keputusan The Fed turut berperan dalam pergerakan kurs rupiah.

Pergerakan rupiah yang tidak stabil ini menjadi perhatian mengingat dampaknya terhadap perekonomian Indonesia. Pemahaman mendalam atas penyebabnya penting untuk antisipasi dan strategi ke depan.

Ancaman Geopolitik: Bayang-Bayang Konflik Iran-Israel

Potensi keterlibatan Amerika Serikat dalam konflik Iran-Israel menjadi salah satu faktor utama pelemahan rupiah. Wall Street Journal melaporkan Presiden Trump telah mempertimbangkan serangan terhadap Iran, meskipun belum memberikan perintah final.

Rencana serangan tersebut, yang ditargetkan pada fasilitas pengayaan uranium Fordow, meningkatkan ketidakpastian geopolitik di Timur Tengah. Ketidakpastian ini secara langsung berdampak pada pasar keuangan global, termasuk nilai tukar rupiah.

Ketidakpastian mengenai langkah selanjutnya dari AS, serta potensi eskalasi konflik, menciptakan sentimen negatif di pasar. Hal ini membuat investor cenderung lebih berhati-hati dan mengurangi investasi di pasar negara berkembang seperti Indonesia.

Keputusan The Fed dan Dampaknya terhadap Rupiah

Faktor lain yang turut mempengaruhi pelemahan rupiah adalah keputusan The Fed untuk mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 4,25-4,5 persen. Keputusan ini, meskipun sesuai ekspektasi pasar, tetap menimbulkan implikasi bagi nilai tukar mata uang global, termasuk rupiah.

The Fed juga memperingatkan bahwa meskipun ketidakpastian ekonomi telah berkurang, tingkatnya masih tetap tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa The Fed masih waspada terhadap potensi risiko ekonomi ke depan.

Kebijakan The Fed dan Pasar Moneter Global

Pertahankan suku bunga acuan pada tingkat tersebut menunjukkan upaya The Fed untuk mencapai target inflasi dan lapangan kerja maksimal dalam jangka panjang. Namun, keputusan ini juga berpotensi mempengaruhi arus modal asing.

Dengan suku bunga di AS relatif tinggi, investor cenderung lebih tertarik untuk menempatkan dananya di AS. Hal ini dapat mengakibatkan aliran modal keluar dari negara berkembang, memperlemah nilai tukar mata uang negara tersebut, termasuk rupiah.

Prediksi Pergerakan Rupiah dan Antisipasi Ke Depan

Josua Pardede memprediksi pergerakan rupiah akan cenderung sideways pada Jumat (20/06/2025), di tengah libur di AS. Dia memperkirakan rupiah akan bergerak dalam rentang Rp16.350-Rp16.475 per dolar AS.

Meskipun prediksi menunjukkan pergerakan yang relatif terbatas, potensi gejolak masih perlu diwaspadai. Pemerintah dan Bank Indonesia perlu terus memantau perkembangan situasi global dan melakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.

Kurs JISDOR Bank Indonesia pada Kamis juga melemah ke level Rp16.378 per dolar AS. Pelemahan ini menunjukkan tren yang konsisten dengan pergerakan nilai tukar rupiah di pasar spot.

Situasi global yang penuh tantangan, dikombinasikan dengan kebijakan moneter global, akan terus memengaruhi nilai tukar rupiah. Penting bagi Indonesia untuk tetap menjaga fundamental ekonomi yang kuat guna meredam dampak negatif dari faktor eksternal. Ke depan, diversifikasi ekonomi dan pengelolaan risiko secara proaktif akan menjadi kunci dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.

Also Read

Tags

Topreneur