Satelit Kosmos 482, peninggalan Uni Soviet yang telah mengorbit Bumi selama 53 tahun, diprediksi akan jatuh ke Bumi antara tanggal 7 hingga 13 Mei 2025. Kejadian ini menambah daftar panjang puing-puing antariksa yang kembali memasuki atmosfer dan menimbulkan potensi risiko.
Dengan bobot mencapai 1,2 ton, jatuhnya satelit ini menjadi perhatian para ilmuwan dan badan antariksa dunia. Potensi dampaknya terhadap Bumi perlu diantisipasi.
Potensi Dampak Kejatuhan Kosmos 482
Profesor Thomas Djamaluddin, peneliti Astronomi dan Astrofisika BRIN, menyatakan bahwa jatuhnya Kosmos 482 akan bersifat tak terkendali. Lokasi jatuhnya pun tidak dapat diprediksi secara pasti.
Indonesia termasuk dalam wilayah yang berpotensi terkena dampak. Meskipun peluangnya kecil, tetap perlu kewaspadaan.
Dua dampak utama yang perlu dipertimbangkan adalah kerusakan fisik dan potensi pencemaran lingkungan.
Dampak Tumbukan
Jika puing-puing satelit menghantam infrastruktur atau permukiman, potensi kerusakan materiil bisa terjadi.
Namun, probabilitas kejadian ini sangat rendah, sehingga masyarakat tidak perlu panik berlebihan.
Sepanjang sejarah, hanya ada satu kasus orang yang terdampak sampah antariksa, yaitu Lottie Williams di Amerika Serikat. Ia terkena serpihan kecil roket yang telah terbakar sebagian besar di atmosfer.
Di Indonesia, insiden yang pernah terjadi antara lain mengenai kandang domba di Sumenep pada 2016 dan puing roket China di Kalimantan Barat pada 2022. Kedua insiden tersebut tidak menimbulkan korban jiwa atau kerusakan signifikan.
Dampak Pencemaran
Kekhawatiran lain adalah potensi pencemaran dari bahan-bahan yang terkandung dalam satelit, terutama jika mengandung material nuklir.
Insiden jatuhnya sampah antariksa Rusia di Kanada yang menyebabkan tuntutan ganti rugi menjadi contoh nyata risiko ini.
Meskipun sebagian besar satelit akan terbakar habis di atmosfer, sisa-sisa material yang mengandung zat berbahaya tetap menjadi ancaman potensial.
Tanggung Jawab Internasional
Berdasarkan Konvensi Tanggung Jawab Internasional atas Kerusakan yang Disebabkan oleh Objek Antariksa tahun 1972, negara peluncur bertanggung jawab atas segala kerugian yang ditimbulkan oleh sampah antariksa miliknya.
Identifikasi pemilik sampah antariksa dapat dilakukan melalui katalog dan analisis lintasan orbit.
Hal ini menekankan pentingnya kerja sama internasional dalam pengelolaan sampah antariksa untuk meminimalisir risiko dan memastikan pertanggungjawaban yang jelas.
Kesimpulan dan Antisipasi
Kejatuhan Kosmos 482 mengingatkan kita akan pentingnya memantau dan mengelola sampah antariksa. Meskipun risiko langsung bagi individu relatif rendah, potensi kerusakan dan pencemaran tetap perlu diwaspadai.
Kerja sama internasional dan penerapan standar keamanan yang ketat dalam peluncuran satelit menjadi kunci untuk mengurangi ancaman sampah antariksa di masa depan. Pemantauan terus-menerus dan sistem peringatan dini juga penting untuk meminimalisir dampak yang mungkin terjadi.