Wali Kota Bandung, M. Farhan, secara tegas melarang pendaratan pesawat berbadan lebar (wide body) di Bandara Husein Sastranegara jika bandara tersebut kembali beroperasi. Keputusan ini didasari oleh beberapa faktor krusial yang mempengaruhi keselamatan dan operasional bandara.
Salah satu faktor utama adalah panjang landasan pacu yang terbatas. Landasan pacu yang pendek dinilai tidak aman dan tidak memadai untuk pesawat berbadan lebar seperti Airbus A330, Boeing 777, dan Airbus A380. Selain itu, lokasi bandara yang berada di tengah permukiman padat penduduk juga menjadi pertimbangan penting. Potensi risiko terhadap penduduk sekitar menjadi sangat tinggi jika pesawat berbadan lebar beroperasi di sana.
“Iya, kalau untuk (pesawat jet) berbadan lebar kita memang tidak memungkinkan. Jadi, pesawat A330, 777, dan A380, lupakan saja. Teu kudu ke Bandung (tidak usah ke Bandung),” tegas Farhan dalam pernyataan yang dikutip dari Detik pada Jumat (20/6).
Dengan demikian, Bandara Husein Sastranegara hanya akan melayani pesawat berbadan sedang dan kecil, seperti Boeing 737, ATR, dan Airbus A320. Jenis pesawat lain seperti pesawat pengangkut jemaah haji juga otomatis tidak diizinkan untuk beroperasi di bandara tersebut. Hal ini memastikan keselamatan dan keamanan penerbangan serta warga sekitar.
Meskipun terdapat berbagai keterbatasan, Wali Kota Farhan tetap mendorong reaktivasi Bandara Husein Sastranegara. Ia meyakini bahwa keberadaan bandara ini sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi Kota Bandung. Bandara ini memiliki potensi besar untuk meningkatkan sektor pariwisata dan perdagangan.
Sebelum penutupan, Bandara Husein Sastranegara melayani hingga 4 juta penumpang per tahun. Penutupan bandara tersebut berdampak pada kerugian ekonomi bagi Jawa Barat, karena sebagian besar penumpang dialihkan ke Bandara Halim Perdanakusuma di Jakarta. “Empat juta penumpang setiap tahun, semuanya ke (Bandara) Halim. Yang untung siapa? Ya Jakarta. Jawa Barat enggak dapat apa-apa,” ungkap Farhan, menekankan pentingnya reaktivasi bandara tersebut.
Reaktivasi Bandara Husein Sastranegara direncanakan untuk melayani wisatawan domestik dan internasional, terutama dari luar Pulau Jawa. Target wisatawan meliputi daerah seperti Bali, Medan, Ujung Pandang, Balikpapan, Palembang, dan juga wisatawan dari negara-negara Asia Tenggara. Dengan demikian, bandara tersebut akan berperan besar dalam meningkatkan sektor pariwisata di Kota Bandung.
Saat ini, rencana reaktivasi masih dalam tahap kajian di Kementerian Perhubungan. Wali Kota Farhan menyatakan telah melakukan pertemuan dengan Kementerian Perhubungan dan menunggu keputusan pemerintah pusat. Ia berharap proses reaktivasi dapat berjalan lancar, meskipun diakui akan dilakukan secara bertahap.
Meskipun terdapat penolakan terhadap pendaratan pesawat berbadan lebar, rencana reaktivasi Bandara Husein Sastranegara tetap menjadi fokus utama pemerintah daerah. Langkah ini diharapkan mampu memberikan dampak positif bagi perekonomian dan sektor pariwisata Kota Bandung di masa depan. Keberhasilannya tentu bergantung pada berbagai pertimbangan, termasuk solusi atas keterbatasan infrastruktur dan aspek keselamatan penerbangan.
Proses reaktivasi ini membutuhkan koordinasi yang baik antara pemerintah daerah, Kementerian Perhubungan, dan stakeholder terkait lainnya. Perencanaan yang matang dan komprehensif sangat penting untuk memastikan keberhasilan reaktivasi bandara serta dampak positif yang diharapkan bagi Kota Bandung.