Bandara Husein Sastranegara Bangkit: Pesawat Besar Dilarang Mendarat

Redaksi

Bandara Husein Sastranegara Bangkit: Pesawat Besar Dilarang Mendarat
Sumber: CNNIndonesia.com

Wali Kota Bandung, M. Farhan, telah mengeluarkan larangan bagi pesawat berbadan lebar (wide body) untuk mendarat di Bandara Husein Sastranegara setelah bandara tersebut kembali beroperasi. Keputusan ini didasarkan pada beberapa pertimbangan penting.

Pertama, landasan pacu Bandara Husein Sastranegara relatif pendek. Panjang landasan pacu yang terbatas membuat bandara tersebut tidak sesuai untuk pesawat berbadan lebar yang membutuhkan ruang pendaratan dan lepas landas yang lebih luas. Kondisi ini membatasi jenis pesawat yang dapat beroperasi di bandara tersebut.

Kedua, letak Bandara Husein Sastranegara berada di tengah permukiman padat penduduk. Hal ini menimbulkan risiko keamanan yang signifikan jika pesawat berbadan lebar beroperasi di sana. Potensi kecelakaan dan dampaknya terhadap penduduk sekitar menjadi pertimbangan utama dalam keputusan ini.

“Iya, kalau untuk (pesawat jet) berbadan lebar kita memang tidak memungkinkan. Jadi, pesawat A330, 777, dan A380, lupakan saja. Teu kudu ke Bandung (tidak usah ke Bandung),” tegas Wali Kota Farhan dalam pernyataan resminya.

Dengan demikian, hanya pesawat berbadan sempit (narrow body) seperti Boeing 737, ATR, dan A320 yang diizinkan beroperasi di Bandara Husein Sastranegara. Pesawat berukuran besar seperti yang digunakan untuk penerbangan haji juga otomatis tidak diizinkan.

Reaktivasi Bandara Husein Sastranegara: Antara Harapan dan Kendala

Meskipun terdapat sejumlah kendala, Wali Kota Farhan tetap mendorong reaktivasi Bandara Husein Sastranegara. Beliau meyakini bahwa bandara ini memiliki peran penting dalam mendorong perekonomian Kota Bandung.

Sebelum ditutup, Bandara Husein Sastranegara melayani hingga 4 juta penumpang per tahun. Penutupan bandara ini dinilai telah menyebabkan kerugian ekonomi bagi Jawa Barat, karena sebagian besar penumpang kemudian dialihkan ke Bandara Halim Perdana Kusuma di Jakarta. “Empat juta penumpang setiap tahun, semuanya ke (Bandara) Halim. Yang untung siapa? Ya Jakarta. Jawa Barat enggak dapat apa-apa,” ungkap Farhan.

Reaktivasi bandara ini diharapkan dapat kembali menghidupkan perekonomian lokal, terutama di sektor pariwisata. Bandara Husein Sastranegara ditargetkan akan melayani wisatawan domestik maupun internasional, terutama dari luar Pulau Jawa, seperti Bali, Medan, Ujung Pandang, Balikpapan, Palembang, dan beberapa negara di Asia Tenggara.

Tahapan Reaktivasi dan Pertimbangan Kementerian Perhubungan

Saat ini, rencana reaktivasi Bandara Husein Sastranegara masih dalam tahap kajian di Kementerian Perhubungan. Walikota Farhan telah melakukan pertemuan dengan pihak Kementerian dan menyatakan bahwa prosesnya membutuhkan waktu dan dilakukan secara bertahap. “Sudah (bertemu Kemenhub). Pemprov Jabar akhirnya mengatakan bahwa kita menunggu keputusan dari pemerintah pusat. Jadi sekarang, kita sedang menunggu. Mudah-mudahan ya Allah. Memang buka-nya enggak bisa langsung, tapi pelan-pelan,” jelasnya.

Proses reaktivasi ini tentunya membutuhkan perencanaan yang matang dan mempertimbangkan berbagai aspek, mulai dari pengembangan infrastruktur bandara, peningkatan kapasitas pelayanan, hingga aspek keselamatan dan keamanan penerbangan. Semua pihak terkait perlu bekerja sama untuk memastikan agar reaktivasi Bandara Husein Sastranegara berjalan lancar dan memberikan manfaat optimal bagi masyarakat.

Kesimpulannya, reaktivasi Bandara Husein Sastranegara merupakan langkah strategis untuk meningkatkan perekonomian Bandung, namun perlu dilakukan dengan perencanaan yang cermat dan memperhatikan berbagai kendala yang ada, terutama terkait kapasitas bandara dan keselamatan penerbangan.

Also Read

Tags

Topreneur