

Penulis: Redaksi | Editor:
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) melalui Balai Besar Teknologi kembali terjunkan tim TMC (Teknologi Modifikasi Cuaca) guna pencegahan karhutla di Provinsi Riau.
“Tim akan mulai operasi hari ini dengan mengerahkan armada pesawat casa 212-200 A-2103 milik TNI AU,” ujar Tukiyat, Koordinator Lapangan BBTMC-BPPT Posko TMC Pekanbaru di Pekanbaru, Sabtu (3/7/2021).
BBTMC-BPPT telah menyiapkan 8,5 ton NaCL yang diangkut dari Tangerang, Jabar dan akan ditambahkan sesuai kebutuhan selama operasi TMC berlangsung. Dalam operasional penyemaian awan tim TMC yang berjumlah 7 orang didukung TNI AU Skadron 4 Malang yang menugaskan 11 orang kru pesawat.
Pelaksanaan TMC di Provinsi Riau kali ini merupakan kolaborasi antara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang menggandeng PT RAPP (Riau Andalan Pulp and Paper), BPPT, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Satgas Penanganan Karhutla Provinsi Riau. Selain itu mendapat dukungan dari Pangkalan TNI Angkatan Udara (Lanud) Roesmin Nurjadin, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau, BPBD Riau, dan juga Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM).
Deputi Bidang TPSA BPPT Yudi Anantasena mengatakan dalam INPRES RI Nomor 3 Tahun 2020 kegiatan TMC merupakan tugas BPPT dalam upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan. “Keberhasilan pencegahan karhutla tentunya sangat bermanfaat untuk pemerintah, masyarakat termasuk perusahaan hutan tanaman industri dan perkebunan,” kata Yudi.
Jon Arifian, Kepala BBTMC-BPPT, mengatakan secara historis di Provinsi Riau ini pola curah hujan yang bersifat equatorial yang mempunyai dua musim (hujan dan kemarau). “Musim pola curah hujan menurun pada bulan Februari-April (FMA) dan Juli-Oktober (JASO). Musim kemarau pertama puncaknya di bulan Februari lalu sedangkan musim hujan puncaknya di bulan April hingga Mei,” paparnya
Pada bulan Juni, lanjut Jon Arifian, mulai memasuki masa transisi dan kemarau berikutnya dimulai pada bulan Juni, Juli, Agustus hingga September dan peralihan bulan Oktober, November dan Desember memasuki musim hujan periode kedua. “Pada kondisi curah hujan yang rendah, berpotensi memunculkan titik panas yang dapat mengakibatkan karhutla,” ujarnya.
Jon Arifian menambahkan, operasi TMC yang dilaksanakan sebagai upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau. “Pelaksanaan TMC di Riau merupakan operasi kedua dalam tahun ini. TMC Sumsel-Jambi dan Riau ini adalah satu paket yang telah dilaunching oleh Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim KLHK (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan) pada 10 Juni 2021. Sumsel-Jambi yang didukung PT Sinar Mas Forestry telah dilaksanakan 10-27 Juni 2021. Sementara TMC Riau didukung KLHK dan PT RAPP yang akan dimulai besok,” ujarnya.
Wakil PT RAPP, Roni Hasfikar menyampaikan apresiasi dan mendukung TMC Pencegahan Karhutla di Riau. “Tahun ini merupakan kedua kalinya kami terlibat. Tahun lalu, operasi TMC memberikan hasil yang baik. Kami berharap, tahun-tahun berikutnya dapat mendukung upaya pencegahan karhutla,” ujarnya.
Sutrisno, Koordinator Pelayanan TMC BBTMC-BPPT menjelaskan wilayah prioritas penyemaian awan di atas area gambut. “Targetnya area berawan dan ada hotspot serta curah hujan relatif kecil. Jika tidak ada titik api tetap dilakukan rekayasa awan selama air yang jatuh bermanfaat terkait pencegahan karhutla,” paparnya.
Hal senada disampaikan Erwin Putera, Koordinator Wilayah Manggala Agni Provinsi Riau. “Operasi TMC Karhutla di Riau diarahkan pada area lahan gambut dalam di daerah pesisir dan bagian utara Riau,” ujarnya.
Tahap pertama operasi TMC di Provinsi Riau telah dilaksanakan pada 10 Maret – 5 April 2021. Total air yang dihasilkan capai 194,3 juta m3, dengan melakukan 27 sorti penerbangan penyemaian dan menghabiskan sebanyak 21.500 kg NaCL . “Secara umum prosentase penambahan curah hujan periode TMC Maret – April 2021 di Provinsi Riau berkisar 33–64 persen terhadap curah hujan alamnya,” ujar Jon Arifian.
Pantauan satelit TRMM tanggal 10 Maret – 5 April 2021 curah hujan merata di seluruh wilayah Provinsi Riau. Curah hujan terbesar di wilayah Kabupaten Pelalawan dan Indragiri Hulu terpantau capai 400 – 480 mm. Sedangan di wilayah Kabupaten lainnya curah hujan antara 40-320 mm.