Indonesia menerima hibah senilai USD 5 juta (Rp 82,6 miliar) dari Bill Gates, pendiri Microsoft. Hibah ini merupakan bagian dari total USD 159 juta (Rp 2,6 triliun) yang disumbangkan Gates untuk bidang teknologi di berbagai negara.
Pengumuman tersebut disampaikan Presiden Prabowo Subianto saat kunjungan Gates ke Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu (7/5/2025). Kunjungan ini membuat sosok Bill Gates kembali menjadi perbincangan hangat di Indonesia.
Profil Bill Gates
Bill Gates, orang terkaya keenam di dunia, dikenal sebagai tokoh bisnis, investor, filantropis, penulis, dan mantan CEO Microsoft.
Ia mengundurkan diri sebagai CEO Microsoft pada Januari 2000, namun tetap berperan sebagai ketua non-eksekutif perusahaan.
Membangun Microsoft
Ketertarikan Bill Gates pada komputer dan pemrograman dimulai sejak usia muda.
Di usia 13 tahun, ia bertemu Paul Allen di Lakeside School, yang kelak menjadi mitra bisnisnya.
Keduanya sering bereksperimen dengan kode komputer di sekolah. Pada 1975, mereka mendirikan Micro-Soft (singkatan dari ‘microcomputer’ dan ‘software’).
Peluncuran komputer Altair 8800 mendorong mereka untuk menawarkan sistem operasi BASIC. Microsoft resmi berdiri pada 4 April 1975, dan mereka pindah ke Seattle.
Orang tua Gates sangat mendukung usahanya. Ia bahkan memutuskan untuk keluar dari Harvard University untuk mengejar mimpinya.
Meskipun keluar kuliah, Gates dikenal sebagai salah satu mahasiswa putus kuliah paling sukses dari Harvard.
Pada 1980, kontrak besar dengan IBM untuk menyediakan sistem operasi bagi komputer pribadi IBM menjadi titik balik kesuksesan Microsoft.
Strategi Microsoft untuk tetap memegang lisensi dan menjualnya ke produsen lain menjadi kunci dominasi mereka di industri perangkat lunak.
Peluncuran Microsoft Windows pada 1985 menandai era baru dalam sistem operasi komputer.
Popularitas Windows dan versi-versi selanjutnya (Windows 95, XP, hingga 10) menjadikan Microsoft raksasa teknologi dunia.
Bill Gates menjadi miliarder di usia 31 tahun berkat kesuksesan Microsoft.
Di bawah kepemimpinannya, Microsoft mengembangkan berbagai perangkat lunak terkenal seperti Microsoft Office, Internet Explorer, Xbox, dan Azure.
Menjadi Filantropis
Setelah meninggalkan Microsoft, Gates fokus pada kegiatan filantropi.
Bersama Melinda French (mantan istrinya), ia mendirikan Bill & Melinda Gates Foundation pada tahun 2000.
Yayasan ini menjadi organisasi filantropi terbesar di dunia, fokus pada kesehatan global, pendidikan, kesetaraan gender, dan pemberantasan penyakit.
Gates telah menyumbangkan sebagian besar kekayaannya untuk kegiatan sosial dan kampanye vaksinasi serta akses teknologi di negara berkembang.
Ia menyebutkan bahwa kebiasaan filantropi telah ditanamkan sejak kecil oleh ibunya.
Gates menyatakan telah menyumbangkan lebih dari USD 100 miliar (Rp 1.643 triliun) dan berencana untuk terus berbagi kekayaannya.
Dalam wawancara dengan BBC, ia mengatakan, “Saya sudah memberikan lebih dari 100 miliar (dollar), tapi saya masih punya lebih banyak untuk diberikan.”
Kekayaan Bill Gates, menurut Forbes, mencapai USD 150 miliar (April 2025). Namun, ia hanya akan mewariskan 1% kekayaannya kepada ketiga anaknya.
Keputusan ini didasari keinginan untuk mendorong anak-anaknya agar mandiri dan meraih kesuksesan sendiri.
Dengan kekayaan USD 150 miliar, setiap anak akan menerima sekitar USD 500 juta (Rp 847,8 miliar).
Gates menekankan bahwa anak-anaknya tidak diharuskan untuk meneruskan bisnis Microsoft.
Ia ingin memberi mereka kesempatan untuk membangun karier dan pencapaian mereka sendiri.
Kunjungan Bill Gates ke Indonesia dan komitmennya terhadap filantropi, khususnya dalam bidang teknologi, menunjukkan dedikasinya untuk kemajuan global. Kisah hidupnya menginspirasi banyak orang dan menunjukan bagaimana kesuksesan bisa dipadukan dengan kepedulian sosial.