Topreneur Kabar buruk datang dari Boeing. Perusahaan raksasa dirgantara ini terpaksa memangkas 17.000 pekerja dan menunda produksi pesawat. Keputusan pahit ini diambil karena kerugian perusahaan yang terus membengkak akibat mogok para pekerja.
Pemogokan yang dilakukan oleh 30.000 pekerja mesin yang tergabung dalam Asosiasi Internasional Pekerja Mesin dan Pekerja Dirgantara (IAM) telah menghentikan sebagian besar operasi pabrik Boeing. Aksi mogok ini juga berdampak besar pada peluncuran pesawat berbadan lebar 777x yang kini ditunda hingga tahun 2026.
"Bisnis kita sedang berada dalam posisi yang sulit dan tantangan yang kita hadapi sangat besar," ujar CEO Boeing, Kelly Ortberg. Ia menegaskan bahwa pemulihan Boeing membutuhkan keputusan sulit dan perubahan struktural agar dapat memenuhi kebutuhan pelanggan dalam jangka panjang dan tetap kompetitif.
Kerugian yang dialami Boeing pada kuartal ini diperkirakan mencapai USD1,3 miliar atau setara dengan Rp20,14 triliun. Kerugian ini dipicu oleh aksi mogok yang telah berlangsung sejak 13 September 2024. Para pekerja menolak kesepakatan kontrak yang diajukan Boeing karena dianggap tidak memenuhi tuntutan mereka mengenai upah dan kondisi kerja. Akibatnya, Boeing harus menanggung biaya operasional yang tinggi tanpa adanya pemasukan dari produksi.
Mogok ini telah memberikan tekanan finansial yang besar pada Boeing. Pemangkasan pekerja dan penundaan produksi menjadi langkah yang terpaksa diambil untuk menyelamatkan perusahaan dari jurang kehancuran.