Topreneur – Kampanye kendaraan listrik di Indonesia terus digaungkan demi mencapai mobilitas yang ramah lingkungan. Data menunjukkan bahwa pada tahun 2023, sebanyak 62.409 unit motor listrik dan 12.248 mobil listrik telah beroperasi di Tanah Air. Namun, angka ini masih jauh dari target yang dicanangkan. Salah satu kendalanya adalah belum terbangunnya ekosistem kendaraan listrik yang kuat.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan, menegaskan bahwa membangun ekosistem kendaraan listrik tidak hanya bergantung pada insentif. Hal ini berbeda dengan pendekatan yang diterapkan oleh banyak negara lain dalam membangun ekosistem kendaraan listrik mereka.
"Kita tidak dapat bersaing lagi dengan negara-negara tetangga hanya sekadar insentif," tegas Luhut dalam kanal YouTube Sekretariat Presiden. "Tak hanya insentif, tapi kredibilitas dan kepercayaan menjadi faktor kunci yang harus kita pertahankan."
Luhut menekankan pentingnya peran investor dalam membangun ekosistem kendaraan listrik di Indonesia. Investor yang bersedia bekerja sama akan mempermudah dan mempercepat pembangunan infrastruktur yang dibutuhkan untuk mendukung era elektrifikasi.
"Ini saya kira yang coba banyak dicontoh oleh banyak negara sekarang ini," tambah Luhut saat menghadiri peresmian pabrik bahan anoda baterai lithium di Kendal, Jawa Tengah. "Tapi kita harus konsisten dalam dua hal, yaitu dari legal dan policy (kebijakan)."
Luhut juga menyoroti pentingnya investasi pabrik bahan anoda baterai lithium oleh PT Indonesia BTR New Energy Material di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kendal, Jawa Tengah. Pabrik ini menggunakan teknologi tercanggih dan diproyeksikan mampu memasok baterai untuk 3 juta unit mobil listrik ketika beroperasi penuh.
"Pabrik ini terbesar di dunia," ungkap Luhut. "Jepang memiliki kapasitas 10.000 ton per tahun, Korea Selatan hanya 40.000 ton, dan terbesar di Tiongkok saat ini kapasitasnya 100.000 ton. Nanti, kita akan melewati Tiongkok (dengan 160.000 ton)."
Pabrik yang ditargetkan rampung pada Maret 2025 ini memiliki kapasitas maksimal produksi anoda sebesar 160 ribu ton. Keberadaan pabrik ini diharapkan dapat mendorong percepatan pembangunan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia dan menjadikan negara ini sebagai pemain utama dalam industri baterai lithium di masa depan.