Topreneur Indonesia mengalami deflasi selama 5 bulan berturut-turut, sebuah kondisi yang mengundang pertanyaan besar: apakah ekonomi Indonesia sedang terpuruk?
Pemerintah bersikeras bahwa deflasi ini bukan pertanda buruk, bahkan merupakan upaya untuk menekan inflasi. Namun, para pengamat ekonomi memiliki pandangan berbeda. Mereka melihat deflasi 5 bulan berturut-turut sebagai sinyal penurunan daya beli masyarakat yang signifikan, bahkan sampai harus menguras tabungan.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan deflasi sebesar 0,12% pada September 2024, menjadikan deflasi ini sebagai yang terdalam dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Secara tahunan, masih terjadi inflasi sebesar 1,84%.
"Deflasi pada September 2024 terlihat lebih dalam dibandingkan Agustus 2024, dan ini merupakan deflasi kelima pada tahun 2024 secara bulanan," ungkap Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, di Jakarta, Selasa (1/10/2024).
Tren deflasi ini dimulai sejak Mei 2024, dengan rincian deflasi 0,03% pada Mei, 0,08% pada Juni, 0,18% pada Juli, 0,03% pada Agustus, dan 0,12% pada September. Deflasi selama lebih dari tiga bulan berturut-turut ini menjadi yang terpanjang setelah krisis tahun 1999, di mana deflasi terjadi selama 7 bulan beruntun.
"Karena akibat dari penurunan harga beberapa barang pada saat itu, setelah diterpa inflasi yang tinggi karena terjadi depresiasi nilai tukar rupiah tetapi kemudian tekanan deflasinya menurun otomatis harga-harga kembali pada keseimbangannya dan ini menyebabkan deflasi," jelas Amalia.
Penyebab utama deflasi bulanan adalah penurunan harga pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau, dengan kontribusi sebesar 0,59%. Komoditas yang paling berpengaruh adalah cabai merah, cabai rawit, telur ayam ras, dan tomat.
Deflasi, menurut ilmu ekonomi, adalah periode di mana harga-harga secara umum mengalami penurunan dan nilai uang bertambah. Ekonomi yang mengalami deflasi akan menunjukkan gejala harga-harga, gaji, dan upah menurun.
Pertanyaan besarnya adalah, apakah deflasi 5 bulan berturut-turut ini hanya fenomena sementara atau pertanda awal dari kondisi ekonomi yang lebih buruk? Waktu akan menjawabnya, namun yang pasti, kondisi ini perlu diwaspadai dan diatasi dengan strategi yang tepat.