Presiden Indonesia, Prabowo Subianto, dan Presiden Prancis, Emmanuel Macron, membahas solusi dua negara (two-state solution) sebagai jalan keluar konflik Israel-Palestina selama pertemuan di Istana Élysée, Paris, pada Senin (14/7).
Menurut keterangan yang beredar, Prabowo menyatakan bahwa Prancis mendukung solusi dua negara sebagai pendekatan terbaik untuk mengakhiri konflik berkepanjangan ini. Pernyataan dukungan Prancis ini menunjukkan adanya konsensus internasional yang cukup kuat terhadap solusi dua negara sebagai kerangka penyelesaian konflik.
Solusi dua negara sendiri merupakan gagasan yang bertujuan menciptakan dua negara berdaulat, satu untuk Israel dan satu untuk Palestina, hidup berdampingan secara damai. Gagasan ini telah menjadi fokus negosiasi perdamaian selama beberapa dekade, meskipun implementasinya menghadapi berbagai tantangan signifikan.
Tantangan Implementasi Solusi Dua Negara
Salah satu hambatan utama adalah perselisihan mengenai perbatasan negara Palestina. Kedua belah pihak memiliki pandangan berbeda mengenai wilayah yang akan termasuk dalam negara Palestina, terutama mengenai Yerusalem Timur, yang diklaim oleh kedua pihak sebagai ibukota.
Selain itu, masalah permukiman Israel di Tepi Barat merupakan isu yang sangat sensitif. Keberadaan permukiman-permukiman ini dinilai melanggar hukum internasional dan menghambat pembentukan negara Palestina yang kontinu dan berdaulat.
Perbedaan pandangan mengenai hak pengungsi Palestina juga menjadi batu sandungan. Jumlah pengungsi Palestina dan keturunan mereka sangat besar, dan hak mereka untuk kembali ke tanah air atau mendapatkan kompensasi merupakan isu krusial dalam negosiasi perdamaian.
Posisi Internasional Terhadap Solusi Dua Negara
Meskipun solusi dua negara secara luas dianggap sebagai kerangka penyelesaian yang paling layak, dukungan internasional terhadapnya tidaklah seragam. Beberapa negara memiliki keraguan atau keberatan terhadap aspek-aspek tertentu dari solusi ini, menciptakan dinamika yang kompleks dalam proses perdamaian.
Perubahan politik di tingkat domestik baik di Israel maupun Palestina juga turut mempengaruhi dinamika perundingan. Perubahan kepemimpinan dan kebijakan politik internal di kedua negara dapat menyebabkan negosiasi terhenti atau bahkan mengalami kemunduran.
Peran negara-negara adikuasa dan organisasi internasional seperti PBB juga sangat penting dalam mendorong perdamaian. Tekanan diplomatik dan bantuan keuangan internasional dapat memainkan peran penting dalam mendorong kedua pihak untuk berkompromi dan mencapai kesepakatan.
Kesimpulan
Pertemuan Prabowo dan Macron menunjukkan kembali pentingnya solusi dua negara dalam menyelesaikan konflik Israel-Palestina. Namun, implementasi solusi ini masih menghadapi tantangan besar yang memerlukan komitmen kuat dari semua pihak yang terlibat, serta dukungan internasional yang konsisten dan efektif. Keberhasilannya tergantung pada kemampuan kedua belah pihak untuk mengatasi perselisihan utama dan mencapai kesepakatan yang memuaskan.