Petani di Desa Gredek, Duduksampeyan, Gresik, memiliki cara unik untuk mengatasi hama tikus yang kerap merusak tanaman padi mereka. Mereka menggelar Festival Gropyokan, sebuah tradisi tahunan yang melibatkan ratusan warga dalam perburuan tikus massal.
Acara yang berlangsung selama seminggu penuh, dari tanggal 1 Mei hingga 7 Mei 2025, ini menawarkan hadiah bagi peserta yang berhasil menangkap tikus. Antusiasme warga sangat tinggi, terbukti dengan banyaknya partisipan yang ikut serta dalam perburuan.
Festival Gropyokan: Perburuan Tikus Berhadiah
Festival Gropyokan Tikus di Desa Gredek merupakan tradisi tahunan yang dijalankan setelah masa tanam kedua. Tujuannya untuk menekan populasi tikus yang mengancam hasil panen.
Kepala Desa Gredek, M. Bahrul Ghofar, menjelaskan bahwa metode ini terbukti efektif dan aman bagi warga. Selain Gropyokan, desa juga menerapkan metode lain, yaitu penggunaan rumah burung hantu, untuk meningkatkan produktivitas pertanian.
Cara Kerja Gropyokan dan Imbalannya
Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang melibatkan komunitas eksternal, Gropyokan tahun ini diikuti oleh petani dan warga Desa Gredek sendiri. Para peserta berburu tikus mulai pukul 19.00 WIB hingga 23.00 WIB.
Tikus yang berhasil ditangkap, baik hidup maupun mati, dikumpulkan di balai desa. Setiap tikus yang diserahkan akan dihargai sebesar Rp 1.500.
Para peserta menggunakan berbagai cara untuk menangkap tikus, termasuk senapan angin. Setelah perburuan selesai, tikus dihitung dan para peserta mendapatkan hadiah sesuai jumlah tikus yang mereka tangkap.
Kegiatan ini tidak hanya bertujuan untuk membasmi hama, tetapi juga untuk mempererat hubungan antarwarga dan membangun semangat gotong royong.
Tantangan dan Keberhasilan Perburuan
Salah satu peserta Gropyokan, Sarjan, berbagi pengalamannya. Ia mengaku kesulitan memburu tikus di sawah yang tanaman padinya sudah tinggi.
Padahal, menurutnya, membasmi tikus lebih mudah jika tanaman padi belum terlalu tinggi. Bahkan, tanpa senapan angin pun, tikus bisa ditangkap dengan mudah menggunakan kayu pemukul.
Meskipun ada tantangan, Gropyokan tetap dianggap berhasil dalam menekan populasi tikus dan meningkatkan produktivitas pertanian di Desa Gredek. Partisipasi warga yang antusias menunjukkan keberhasilan program ini.
Selain itu, sistem pemberian hadiah dinilai efektif dalam memotivasi warga untuk berpartisipasi aktif dalam menjaga hasil panen. Hal ini menunjukkan bahwa tradisi Gropyokan tidak hanya efektif secara praktis, tetapi juga mampu meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam menjaga lingkungan pertanian.
Keberhasilan Gropyokan Tikus di Desa Gredek ini bisa menjadi contoh bagi desa lain yang menghadapi masalah serupa. Kombinasi antara metode tradisional dengan sistem insentif terbukti efektif dalam mengatasi hama tikus dan membangun kebersamaan di masyarakat.
Dengan demikian, tradisi Gropyokan tidak hanya sekedar perburuan tikus, tetapi juga menjadi bagian penting dalam menjaga ketahanan pangan dan memperkuat solidaritas masyarakat Desa Gredek.