Setahun telah berlalu sejak pemerintah China memerintahkan hotel-hotel di seluruh negeri untuk menerima semua wisatawan asing. Langkah ini merupakan bagian dari upaya besar-besaran untuk menghidupkan kembali sektor pariwisata yang terdampak pandemi. Namun, realitanya masih jauh dari sempurna.
Banyak wisatawan asing yang justru mengalami kesulitan mendapatkan akomodasi di hotel-hotel China. Keluhan-keluhan mereka bermunculan di berbagai platform media sosial, mengungkapkan betapa sulitnya menemukan tempat menginap.
Pengalaman Buruk Wisatawan Asing di Hotel-Hotel China
Pengalaman negatif para wisatawan ini tersebar luas di platform seperti Reddit dan Xiaohongshu (RedNote). Mereka menceritakan berbagai kendala yang dihadapi, mulai dari penolakan langsung hingga layanan yang kurang memuaskan.
Tidak hanya di media sosial, ulasan-ulasan negatif juga membanjiri situs pemesanan hotel seperti Booking.com. Para wisatawan memberikan peringatan keras kepada calon pengunjung agar berhati-hati.
Negara-negara asal wisatawan yang mengalami kesulitan ini beragam, mencakup Australia, Amerika Serikat, Inggris, Malaysia, Singapura, dan Rusia. Hal ini menunjukkan bahwa masalah tersebut cukup sistemik dan bukan hanya kasus isolasi.
Kebijakan Pemerintah dan Realita di Lapangan
Pemerintah China telah berupaya keras untuk meningkatkan sektor pariwisata. Pelonggaran aturan visa, terutama bagi warga Australia, menjadi salah satu langkah signifikan yang diambil.
Upaya ini membuahkan hasil yang cukup positif. Pada tahun 2024, China mencatat 131,9 juta kunjungan masuk, meningkat 61 persen dibandingkan tahun sebelumnya, menurut laporan Akademi Pariwisata Tiongkok.
Namun, keberhasilan peningkatan jumlah wisatawan ini tidak serta merta menghilangkan kendala di lapangan. Peraturan yang mewajibkan hotel untuk mendaftarkan tamu asing dan melaporkan informasi mereka ke kepolisian setempat masih menjadi hambatan.
Regulasi yang Belum Optimal
Undang-Undang Administrasi Keluar dan Masuk Tiongkok mengharuskan hotel untuk mendaftar dan melaporkan data tamu asing kepada pihak berwenang. Bahkan wisatawan yang menginap di luar hotel juga wajib melapor ke kepolisian setempat dalam waktu 24 jam.
Meskipun peraturan terkait lisensi khusus untuk mengakomodasi wisatawan internasional dari Hong Kong dan Makau telah dicabut pada Mei 2024, masih banyak hotel yang enggan menerima tamu asing. Pemberitahuan bersama dari Kementerian Keamanan Publik Tiongkok, Kementerian Perdagangan, dan Administrasi Imigrasi Nasional yang melarang penolakan tamu asing karena alasan lisensi nampaknya belum efektif diterapkan secara menyeluruh.
Tantangan Implementasi dan Perbedaan Kebijakan Pusat-Daerah
Sam Huang, seorang peneliti pariwisata di Universitas Edith Cowan, menjelaskan bahwa kebijakan pemerintah pusat seringkali tidak sepenuhnya diterapkan di tingkat lokal. “Dalam praktiknya, kebijakan pemerintah pusat tidak selalu sejalan dengan cara otoritas lokal mengatur hotel,” ujarnya.
Dr. Huang, yang pernah bekerja di Administrasi Pariwisata Nasional China, menambahkan bahwa hotel-hotel kecil dan independen, yang dulunya fokus melayani wisatawan domestik, seringkali kesulitan beradaptasi dengan kebutuhan wisatawan internasional karena kendala bahasa dan sistem administrasi yang rumit.
Kendala bahasa dan sistem administrasi yang kurang efisien menjadi penghalang utama bagi hotel-hotel kecil dalam menerima wisatawan asing. Mereka seringkali kesulitan memproses dokumen dan berkomunikasi dengan tamu asing.
Kesimpulannya, meskipun pemerintah China telah berupaya keras untuk meningkatkan sektor pariwisata dan menarik wisatawan asing, implementasi kebijakan di lapangan masih menghadapi tantangan. Perbedaan interpretasi dan penerapan kebijakan di tingkat lokal, ditambah dengan kendala operasional di hotel-hotel kecil, menyebabkan pengalaman buruk bagi banyak wisatawan asing. Perlu upaya lebih lanjut untuk memastikan agar kebijakan pemerintah benar-benar terlaksana secara efektif dan konsisten di seluruh wilayah China.