Aktivitas pertambangan, meskipun vital bagi perekonomian, seringkali menimbulkan kerusakan lingkungan yang signifikan. Penggundulan hutan, polusi, dan hilangnya keanekaragaman hayati adalah beberapa dampak negatifnya. Namun, praktik pertambangan berkelanjutan dapat meminimalkan dampak buruk tersebut.
PT Vale Indonesia, perusahaan tambang dengan pengalaman lebih dari setengah abad di Indonesia, menunjukkan komitmen kuat terhadap pertambangan berkelanjutan dan ramah lingkungan. Keberhasilan mereka dalam menjaga kelestarian lingkungan sekitar, khususnya kejernihan Danau Matano, menjadi bukti nyata dedikasi tersebut.
1. Tahap Pra-Tambang PT Vale: Konservasi sebagai Prioritas
Sebelum memulai penambangan, PT Vale melakukan identifikasi dan pendataan keanekaragaman hayati di area yang akan dieksploitasi.
Langkah ini mencakup pengambilan sampel flora dan fauna untuk pembibitan dan konservasi. Pusat pembibitan seluas 2,5 hektare, menampung sekitar 13.000 jenis bibit tanaman, memproduksi 700.000 bibit setiap tahunnya.
Arboretum, tempat koleksi berbagai jenis pohon, juga dibangun sebagai upaya konservasi ex-situ. Konservasi fauna juga dilakukan, termasuk penangkaran kupu-kupu bidadari endemik Sulawesi.
Bibit-bibit tanaman hasil pembibitan digunakan dalam proses reklamasi pascatambang. Tanaman perintis seperti lumut dan paku-pakuan juga dikembangbiakkan untuk mendukung suksesi alami hutan.
PT Vale bahkan mendonasikan ribuan bibit setiap tahun untuk program penghijauan masyarakat dan instansi. Pusat pembibitan juga dibuka untuk umum sebagai pusat penelitian dan edukasi.
Sebagai komitmen lebih lanjut, PT Vale berkolaborasi dengan IBCSD untuk menyusun panduan konservasi ekosistem dan lingkungan bagi industri pertambangan di Indonesia.
2. Proses Penambangan dan Produksi: Inovasi Ramah Lingkungan
PT Vale menerapkan sistem penambangan terbuka (open-cast mining) secara progresif dan terintegrasi. Penambangan dilakukan bertahap, dengan reklamasi lahan dilakukan secara bersamaan.
Metode ini meminimalkan kerusakan lingkungan dan erosi. Penggunaan teknologi modular screening station (MSS) menekan konsumsi bahan bakar dan emisi karbon.
PT Vale juga menjadi perusahaan tambang pertama di Indonesia yang menguji coba truk tambang listrik, mengurangi emisi karbon dan polusi suara.
Dalam proses produksi, instalasi baghouse system dan electrostatic precipitator system menyaring debu hingga lebih dari 99 persen, memenuhi baku mutu pemerintah.
Teknologi electric boiler menggantikan boiler tradisional, mengurangi emisi sulfur dioksida dan gas rumah kaca secara signifikan.
PLTA memasok hampir 94 persen kebutuhan energi PT Vale, mengurangi ketergantungan pada energi fosil. PT Vale mengoperasikan tiga PLTA dengan total kapasitas 365 MW.
Sejak 2023, PT Vale juga menguji coba penggunaan biomassa sebagai sumber energi terbarukan.
3. Pasca Tambang dan Pengelolaan Limbah: Menuju Ekonomi Sirkular
Reklamasi dan rehabilitasi lahan pascatambang dilakukan secara terprogram dan terencana, dengan penutupan lahan mendekati kondisi alam sebelumnya.
Lebih dari 4.250 hektare lahan telah direklamasi, dengan penanaman lebih dari 1,2 juta pohon, 62 persen di antaranya adalah tanaman lokal.
PT Vale juga merehabilitasi lahan kritis dan daerah aliran sungai (DAS) di luar konsesi pertambangan.
Pengolahan limbah cair menghasilkan air yang memenuhi baku mutu air minum, yang dibuktikan dengan kejernihan Danau Matano.
Terak nikel, batu chipping, dan oli bekas juga dimanfaatkan kembali, menciptakan ekonomi sirkular.
Komitmen PT Vale terhadap pertambangan berkelanjutan tercermin dalam praktik operasional mereka dari hulu hingga hilir. Ini menunjukkan bahwa pertambangan berkelanjutan bukan hanya mungkin, tetapi juga penting bagi masa depan lingkungan dan masyarakat.