Jawa Timur menyimpan kekayaan budaya yang luar biasa, dan Mojokerto merupakan salah satu daerah yang turut andil dalam menjaga warisan tersebut. Tradisi dan kesenian lokal di Mojokerto bukan sekadar peninggalan masa lalu, melainkan bagian hidup yang terus berdenyut di tengah masyarakat. Kearifan lokal ini diwariskan turun-temurun, memperkaya keberagaman dan identitas daerah.
Mengenal Lebih Dekat Warisan Budaya Mojokerto
Mojokerto menyimpan beragam kesenian tradisional yang masih lestari hingga saat ini. Mulai dari pertunjukan magis hingga tarian adat, setiap kesenian memiliki nilai sejarah dan simbolisme budaya yang unik. Informasi berikut dirangkum dari laman resmi Pemerintah Kabupaten Mojokerto dan sumber kredibel lainnya.
Kesenian Bantengan: Perpaduan Seni Tari, Bela Diri, dan Magis
Kesenian Bantengan, dipercaya sudah ada sejak zaman Kerajaan Singhasari, menampilkan tokoh utama berupa banteng. Pertunjukan ini bukan hanya sekadar tarian, melainkan perpaduan seni tari, bela diri (kanuragan), musik, dan mantra.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) menyebut Bantengan memiliki nuansa magis yang kuat. Puncaknya saat pemain mengalami “trance”, di mana tokoh banteng konon dirasuki roh leluhur atau Dhanyangan. Ini menciptakan pengalaman unik bagi penonton.
Ludruk: Teater Rakyat yang Menyampaikan Kritik Sosial
Ludruk, teater rakyat khas Jawa Timur, tetap populer di Mojokerto. Selain sebagai hiburan, Ludruk juga menjadi media penyampaian pesan moral dan kritik sosial, seringkali dikemas dengan humor.
Ludruk telah diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia sejak 2014. Mengangkat kisah kehidupan sehari-hari, Ludruk mudah diterima dan dihayati oleh masyarakat. UPT Cak Durasim menyebutnya sebagai hiburan yang dekat dengan penonton.
Wayang Kulit: Kisah Epik Ramayana dan Mahabharata
Wayang kulit, seni pertunjukan tradisional Jawa, juga memiliki tempat istimewa di Mojokerto. Kisah-kisah yang ditampilkan umumnya berasal dari epik India, Ramayana dan Mahabharata.
UNESCO telah mengakui Wayang Kulit sebagai Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity sejak 7 November 2003. Di Mojokerto, Ki Pit Asmoro dikenal sebagai maestro wayang kulit khas Jawa Timur. Keahliannya menjaga kelangsungan tradisi ini patut diapresiasi.
Grebeg Suro Majapahit: Perpaduan Budaya Islam dan Jawa
Grebeg Suro Majapahit merupakan tradisi tahunan yang dirayakan untuk memperingati Tahun Baru Islam (1 Muharram). Tradisi ini melambangkan perpaduan harmonis antara budaya Islam dan Jawa.
Tradisi diawali dengan doa bersama, dilanjutkan dengan arak-arakan gunungan berisi hasil bumi. Gunungan ini merupakan simbol rasa syukur dan harapan akan kesejahteraan, seperti yang tertulis di laman resmi Pemerintah Kabupaten Mojokerto.
Tari Mayang Rontek: Tarian Pernikahan Mojoputri
Tari Mayang Rontek merupakan tarian rakyat khas Mojokerto, biasanya ditampilkan sebagai pembuka dalam prosesi pernikahan adat Mojoputri. Nama tarian ini berasal dari “Mayang” (tongkol bunga) dan “Rontek” (hiasan rumbai pada tombak).
Tarian ini diiringi musik gamelan Jawa Timur dengan laras slendro dan berbagai gendhing tradisional, seperti yang dijelaskan dalam jurnal “Makna Simbolis Tari Mayang Rontek di Kabupaten Mojokerto”.
Melestarikan Warisan Budaya untuk Generasi Mendatang
Warisan budaya Mojokerto bukan sekadar hiburan, tetapi juga cerminan identitas dan nilai-nilai luhur masyarakatnya. Melestarikannya berarti menjaga akar sejarah dan memperkaya khazanah budaya bangsa. Dengan menjaga tradisi ini, kita memberikan warisan berharga bagi generasi mendatang. Semoga kesenian dan tradisi Mojokerto tetap lestari dan terus berkembang.