Topreneur – Kebakaran kendaraan listrik (EV) semakin menjadi momok menakutkan. Berbeda dengan kebakaran kendaraan konvensional, EV biasanya terbakar lebih lama dengan suhu api yang jauh lebih tinggi, mencapai 538 derajat Celcius.
Sebuah insiden mengerikan terjadi bulan lalu di California, ketika sebuah truk Tesla Semi EV terbakar. Petugas pemadam kebakaran membutuhkan lebih dari 50.000 galon air untuk memadamkan api! Tak cukup dengan itu, Dewan Keselamatan Transportasi Nasional (NTSB) bahkan meminta bantuan udara untuk menjatuhkan bom air di area sekitar.
NTSB melaporkan bahwa otoritas kehutanan dan pemadam kebakaran California terpaksa menggunakan pesawat untuk menjatuhkan cairan pemadam api di sekitar truk yang terbakar, guna mencegah api merambat ke hutan terdekat. Panas api yang mencapai 1.000 derajat Fahrenheit (538 derajat Celcius) menjadi ancaman serius.
Truk EV tersebut dikemudikan oleh karyawan Tesla dalam perjalanan ke Nevada, tempat pabrik baterai Gigafactory Tesla berada. NTSB juga mengungkapkan bahwa sistem ADAS kendaraan tidak berfungsi saat kecelakaan terjadi.
Butuh waktu 14 jam untuk memadamkan api truk. Setelah itu, truk dipindahkan ke area terbuka dan diawasi selama 24 jam untuk memastikan tidak menyala kembali. Ini karena baterai lithium-ion yang digunakan dalam EV memiliki potensi untuk menyala kembali, bahkan setelah api padam.
Bayangkan, 50.000 galon air! Sebagai perbandingan, mobil pemadam kebakaran Amerika yang biasa kita lihat di film hanya mampu membawa 3.000 galon air. Artinya, dibutuhkan hampir 17 truk pemadam kebakaran untuk menyamai jumlah air yang digunakan untuk memadamkan truk Tesla ini.
Ironisnya, penggunaan EV yang digadang-gadang sebagai solusi ramah lingkungan, justru menimbulkan masalah baru ketika terjadi kecelakaan. Kebakaran yang sulit dipadamkan dan penggunaan air dalam jumlah besar menimbulkan pertanyaan serius tentang keamanan dan dampak lingkungan dari kendaraan listrik.