Ketegangan antara India dan Pakistan kembali meningkat, memicu kekhawatiran akan potensi konflik nuklir. Kedua negara tetangga ini memiliki ratusan hulu ledak nuklir dan terus mengembangkan persenjataan mereka, menambah risiko eskalasi yang berbahaya.
Situasi semakin memanas setelah serangan kelompok bersenjata bulan lalu di Kashmir yang dikuasai India, menewaskan 26 orang, mayoritas turis India. Sebagai respons, India melancarkan serangan udara di Pakistan, memicu saling tuding dan meningkatkan ketegangan di kawasan tersebut.
Kekuatan Nuklir India dan Pakistan: Perbandingan yang Mengkhawatirkan
India diperkirakan memiliki sekitar 172 hulu ledak nuklir, sedikit lebih banyak daripada Pakistan yang memiliki sekitar 170. Namun, perbedaan signifikan terletak pada doktrin nuklir masing-masing negara.
India, yang sebelumnya menganut kebijakan “No First Use” (NFU) atau tidak akan menggunakan senjata nuklir lebih dulu, belakangan menunjukkan sinyal perubahan sikap. Sebaliknya, Pakistan tidak memiliki kebijakan serupa dan secara terbuka menyatakan kemungkinan serangan preemptif jika dianggap perlu.
Keunggulan Militer India dan Strategi Nuklir yang Berbeda
India memiliki beberapa keunggulan militer dibandingkan Pakistan. Rudal balistik Agni-V milik India memiliki jangkauan hingga 8.000 km, memungkinkan serangan jauh ke wilayah Pakistan.
Sementara itu, rudal jarak terjauh Pakistan yang masih dalam pengembangan, Shaheen III, hanya memiliki jangkauan sekitar 2.750 km. Pakistan, di sisi lain, memiliki senjata nuklir taktis seperti rudal jarak pendek Nasr (Hatf-9) dengan jangkauan 70 km.
Keunggulan India juga terlihat pada jumlah personel militer aktif yang jauh lebih besar. Angkatan bersenjata India memiliki lebih dari 1,24 juta tentara darat, 149.000 tentara udara, dan 75.500 tentara laut, jauh melampaui jumlah personel militer Pakistan.
Pernyataan Resmi dari Kedua Negara
Menteri Pertahanan Pakistan, Khawaja Muhammad Asif, menyatakan bahwa jika India mundur, Pakistan akan mengakhiri konflik ini. Pernyataan tersebut menekankan bahwa tindakan Pakistan semata-mata untuk mempertahankan wilayahnya.
Di sisi lain, Kementerian Pertahanan India menyebut serangan mereka terukur dan tidak bersifat eskalatif, menyatakan bahwa tidak ada fasilitas militer Pakistan yang menjadi target.
Potensi Eskalasi dan Peran Diplomasi
Risiko eskalasi konflik tetap tinggi. Pernyataan saling bertolak belakang dari kedua negara menunjukkan kurangnya upaya deeskalasi yang berarti.
Upaya diplomatik internasional kemungkinan akan meningkat dalam beberapa hari mendatang. Para ahli memperingatkan bahwa tanpa deeskalasi yang cepat dan efektif, bahkan konflik terbatas sekalipun dapat dengan mudah berubah menjadi konfrontasi nuklir yang berakibat fatal.
Ketegangan antara India dan Pakistan ini menjadi pengingat penting akan bahaya senjata nuklir dan perlunya dialog konstruktif untuk mencegah eskalasi lebih lanjut. Keberhasilan upaya deeskalasi akan sangat menentukan masa depan perdamaian dan stabilitas regional.