KPAI & KemenPPA: Kebijakan Pendidikan Barak Militer Dipertanyakan

Redaksi

KPAI & KemenPPA: Kebijakan Pendidikan Barak Militer Dipertanyakan
Sumber: Detik.com

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) tengah gencar berkoordinasi dengan berbagai pihak terkait kebijakan kontroversial Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi. Kebijakan tersebut mengirim siswa yang bermasalah ke barak militer, sebuah langkah yang menuai pro dan kontra di masyarakat.

KPAI, sebagai lembaga yang bertanggung jawab melindungi hak-hak anak, melihat pentingnya diskusi menyeluruh untuk menelaah dampak kebijakan ini terhadap kesejahteraan anak-anak yang terlibat. Langkah koordinasi ini melibatkan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak (KemenPPA).

KPAI dan KemenPPA Bahas Kebijakan “Barak Militer” untuk Anak Bermasalah

Hari Jumat, 15 Mei 2024, KPAI menggelar Focus Group Discussion (FGD) bersama KemenPPA dan pemangku kepentingan lainnya. FGD ini bertujuan untuk membahas secara mendalam kebijakan Gubernur Jawa Barat tersebut.

Diskusi ini diharapkan menghasilkan pemahaman komprehensif mengenai dampak positif dan negatif dari pengiriman anak bermasalah ke lingkungan militer. Aspek hukum, psikologis, dan sosial dari kebijakan ini menjadi fokus utama.

Pertimbangan Hak Asasi Anak dalam Kebijakan Pengiriman Siswa ke Barak Militer

Salah satu fokus utama FGD adalah memastikan perlindungan hak asasi anak. Pengiriman siswa ke barak militer harus dikaji secara cermat apakah sesuai dengan konvensi internasional dan peraturan perundang-undangan di Indonesia.

KPAI dan KemenPPA akan mengevaluasi apakah metode ini efektif dan sejalan dengan prinsip-prinsip pemulihan dan restoratif justice bagi anak yang bermasalah. Adakah alternatif lain yang lebih humanis dan efektif?

Aspek Psikologis dan Dampak Jangka Panjang

Dampak psikologis jangka panjang menjadi pertimbangan penting. Lingkungan militer yang keras dan disiplin tinggi, meskipun bertujuan mendisiplinkan, berpotensi menimbulkan trauma bagi anak-anak yang rentan.

Para ahli psikologi anak akan memberikan masukan penting dalam FGD untuk memastikan metode yang digunakan tidak merugikan perkembangan mental dan emosional anak. Perlu dikaji metode rehabilitasi alternatif yang lebih tepat.

Mencari Solusi Alternatif untuk Anak Bermasalah

Selain mengevaluasi kebijakan yang ada, FGD juga bertujuan mencari solusi alternatif yang lebih efektif dan humanis dalam menangani anak-anak bermasalah. Berbagai pendekatan yang lebih komprehensif perlu dipertimbangkan.

Pendekatan yang mengedepankan pemulihan dan rehabilitasi, dengan melibatkan keluarga dan masyarakat, diyakini lebih efektif daripada sekadar hukuman fisik atau mental. Pentingnya pendekatan yang berfokus pada akar masalah perilaku anak.

  • Peningkatan akses ke layanan konseling dan terapi bagi anak dan keluarga.
  • Program pendidikan dan pelatihan keterampilan untuk anak bermasalah.
  • Kerjasama yang lebih erat antara sekolah, keluarga, dan lembaga sosial.
  • Pengembangan sistem dukungan sosial yang lebih komprehensif.

Hasil dari FGD ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi kebijakan yang lebih terukur dan berpihak pada kepentingan terbaik anak. Koordinasi antara KPAI dan KemenPPA akan terus berlanjut untuk memastikan terwujudnya sistem penanganan anak bermasalah yang lebih efektif dan berkelanjutan, menjunjung tinggi hak asasi dan kesejahteraan anak.

Ke depannya, diharapkan akan tercipta sistem yang lebih komprehensif dalam menangani anak bermasalah, memperhatikan aspek hukum, psikologi, dan sosial secara terintegrasi. Tujuan akhirnya adalah pembinaan dan pemulihan anak, bukan sekadar hukuman.

Also Read

Tags

Topreneur