Batuk hingga sesak napas bisa menjadi tanda berbagai gangguan pernapasan. Gejala ini juga bisa menandakan bronkokonstriksi, penyempitan saluran udara akibat aktivitas sistem saraf.
Artikel ini akan membahas saraf yang menyebabkan bronkokonstriksi, gejala penyerta, penyebab, dan pengobatannya.
Apa itu Bronkokonstriksi?
Bronkokonstriksi adalah penyempitan saluran udara di paru-paru karena otot polos di sekitar bronkus dan bronkiolus mengencang. Ini berbeda dengan bronkiektasis, yang merupakan pelebaran permanen dan abnormal pada bronkus akibat kerusakan dinding saluran napas.
Pada bronkokonstriksi, penyempitan saluran napas mengganggu aliran udara karena kontraksi otot polos bronkial yang cepat sebagai respons terhadap berbagai rangsangan. Penderita biasanya mengalami mengi dan sesak napas, sering terjadi pada penderita asma.
Seberapa Umum Kondisi Ini?
Salah satu jenis bronkokonstriksi adalah exercise-induced bronchoconstriction (EIB), bronkokonstriksi yang dipicu olahraga. Ini adalah penyempitan sementara otot polos bronkial setelah aktivitas fisik.
Menurut jurnal Immunology and allergy clinics of North America, EIB dapat terjadi pada orang dengan atau tanpa asma. Kemungkinannya sekitar 5% hingga 20% pada populasi umum, dan hingga 90% pada pasien asma.
Gejala Bronkokonstriksi
Gejala bronkokonstriksi sering muncul selama atau setelah aktivitas fisik, memengaruhi kinerja dan menyebabkan kelelahan. Beberapa gejalanya meliputi:
Penyebab Bronkokonstriksi
Bronkokonstriksi terutama disebabkan oleh aktivasi sistem saraf parasimpatis. Neurotransmiter asetilkolin dilepaskan dan berikatan dengan reseptor muskarinik pada otot polos saluran napas, menyebabkan kontraksi dan penyempitan bronkus.
Aktivitas saraf aferen serat C juga memicu refleks akson yang memengaruhi bronkokonstriksi. Beberapa kondisi dapat memicu bronkokonstriksi, termasuk:
Mengelola faktor-faktor pemicu ini penting untuk mencegah atau mengurangi bronkokonstriksi.
Diagnosis Bronkokonstriksi
Diagnosis diawali dengan riwayat medis dan identifikasi gejala seperti batuk, sesak napas, mengi, dan sesak dada selama atau setelah aktivitas fisik. Namun, pemeriksaan lebih lanjut diperlukan karena gejala serupa dapat terjadi pada kondisi lain.
1. Spirometri Istirahat
Spirometri mengukur kemampuan pernapasan, seperti jumlah udara yang diembuskan dalam detik pertama (FEV₁). Pada penderita EIB tanpa asma, hasil spirometri saat istirahat biasanya normal.
2. Tes Tantangan Bronkial
Jika spirometri istirahat normal, tes provokasi bronkial menilai respons saluran napas terhadap rangsangan. Metode yang umum digunakan meliputi:
Penurunan FEV₁ pada tes menunjukkan bronkokonstriksi.
Pengobatan Bronkokonstriksi
Pengobatan meliputi obat-obatan dan perubahan gaya hidup untuk meredakan gejala.
Obat-obatan yang digunakan:
Perubahan gaya hidup:
Konsultasi dokter penting untuk menentukan rencana pengobatan yang tepat.
Kesimpulan
Bronkokonstriksi adalah penyempitan saluran udara di paru-paru yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Gejala utamanya adalah sesak napas, mengi, dan batuk. Diagnosis melibatkan spirometri dan tes tantangan bronkial. Pengobatan meliputi penggunaan obat-obatan dan modifikasi gaya hidup. Konsultasi dengan dokter sangat dianjurkan untuk penanganan yang tepat dan efektif.