Bahasa Jawa, seperti banyak bahasa daerah lainnya, mengalami penurunan penggunaan seiring berjalannya waktu. Banyak kosakata dan istilah Jawa yang dulunya umum kini mulai dilupakan, tergeser oleh modernisasi dan perubahan budaya. Hal ini terlihat jelas dalam tren pemberian nama, di mana nama-nama tradisional Jawa semakin jarang digunakan.
Nama merupakan identitas penting yang seringkali mengandung doa dan harapan. Inspirasi penamaan beragam, namun pilihan nama menyesuaikan perkembangan zaman.
Alasan Penggunaan Nama dalam Bahasa Jawa Kuno Mulai Menghilang
Tren pemberian nama di Jawa mengalami pergeseran signifikan dari masa Jawa Kuno hingga kini. Meskipun makna doa dan harapan tetap penting, pilihan kata nama lebih modern.
Studi dari Universitas Sains Al-Qur’an Wonosobo menunjukkan tradisi pemberian nama khas Jawa mulai ditinggalkan dalam tiga dekade terakhir.
Orang tua generasi baru lebih memilih nama modern, bahkan nama asing, untuk anak-anak mereka. Nama-nama legendaris Jawa pun terancam punah.
Penurunan apresiasi dan kebanggaan terhadap nama Jawa menjadi penyebab utama. Globalisasi, terutama melalui teknologi informasi dan media sosial, juga berperan besar.
Modernisasi, peningkatan ekonomi keluarga, tingkat pendidikan, dan perubahan profesi orang tua turut berkontribusi. Pergeseran orientasi keagamaan, dengan pilihan nama berbahasa Arab, juga menjadi faktornya.
Daftar Nama Bahasa Jawa Kuno yang Mulai Punah
Nama orang Jawa tradisional biasanya sederhana, terdiri dari satu hingga dua suku kata. Seringkali menggunakan awalan ‘Su-‘ atau akhiran seperti ‘-nga’.
Nama laki-laki sering diakhiri konsonan seperti -so, -no, atau -wo. Nama perempuan sering diakhiri -mi, -ni, atau -yah.
Pada dekade 1950-an hingga 1960-an, nama berdasarkan hari lahir, bulan, tahun, atau wuku sangat umum. Kalangan menengah ke atas sering mengambil nama dari tokoh wayang atau sastra Jawa.
Tahun 1970-an dan 1980-an, tren nama berubah. Nama menjadi lebih panjang, terdiri dari dua kata atau lebih, meski masih mempertahankan unsur tradisional.
Studi oleh Moordiati menunjukkan banyak nama Bahasa Jawa Kuno semakin jarang digunakan. Nama-nama tersebut mulai dilupakan dan tidak lagi dikenal generasi kini.
Banyak nama yang berasal dari nama hari, bulan, wuku, windu, nama binatang, hingga alat perkakas. Berikut beberapa contohnya:
1. Nama Bulan
Nama bulan Jawa berasal dari bahasa Jawa dan Melayu. Contohnya Wadana (Januari), Wijangga (Februari), dan seterusnya.
- Wadana: Januari
- Wijangga: Februari
- Wiyana: Maret
- Widada: April
- Widarpa: Mei
- Wilapa: Juni
- Wahana: Juli
- Wanana: Agustus
- Wurana: September
- Wujana: Oktober
- Wujala: November
- Warana: Desember
2. Nama Hari
Orang Jawa mengenal pekan dengan berbagai lama hari, dari 2 hingga 10 hari. Kini hanya pekan lima dan tujuh hari yang umum.
Pekan tujuh hari dihubungkan dengan sistem bulan-bumi. Contohnya Radite (Minggu), Soma (Senin), dan seterusnya.
- Radite: Minggu
- Soma: Senin
- Hanggara: Selasa
- Buda: Rabu
- Respati: Kamis
- Sukra: Jumat
- Tumpak: Sabtu
3. Nama Weton
Weton adalah hari kelahiran berdasarkan hari dalam seminggu dan pasaran Jawa. Weton masih dipercaya sebagian masyarakat.
Pancawara (lima hari pasaran) menggambarkan kondisi nasib. Contohnya Jenar (Pon – Bahagia), Cemengan (Wage – Duka), dan seterusnya.
- Jenar: Pon – Bahagia
- Cemengan: Wage – Duka
- Kasih: Kliwon – Cinta
- Manis: Legi – Senang
- Abritan: Pahing – Marah
4. Nama Wuku
Sistem kalender kuno Jawa, Pakuwon, memiliki 30 wuku dengan siklus mingguan. Wuku dianggap sebagai ilmu warisan.
Contoh nama wuku antara lain Shinta, Landhep, Wukir, Kuranthil, dan seterusnya.
- Wuku Shinta
- Wuku Landhep
- Wuku Wukir
- Wuku Kuranthil
- Wuku Tolu
- Wuku Gumbreng
- Wuku Warigalit
- Wuku Warigagung
- Wuku Julungwangi
- Wuku Sungsang
- Wuku Galungan
- Wuku Kuningan
- Wuku Langkir
- Wuku Arandhasiya
- Wuku Julungpujut
- Wuku Pahang
- Wuku Kuruwelut
- Wuku Marakeh
- Wuku Tambir
- Wuku Medhangkungan
- Wuku Maktal
- Wuku Wuye
- Wuku Manakil
- Wuku Prangbabat
- Wuku Bala
- Wuku Wungu
- Wuku Wayang
- Wuku Kulawu
- Wuku Dhukut
- Wuku Watugunung
5. Nama Jawa Legendaris
Nama-nama dengan awalan Su-, Wi-, Ka-, Tu-, Pa-, Po-, Ju-, dan Wa- cukup populer di masa lalu.
Contohnya Suhadi, Suminah, Wisnu, Widodo, Kadi, Kardi, Turiman, Tumi, Paimo, Parno, Jumali, Jumari, Wangun, dan Warni.
(Daftar nama lengkap dengan awalan tersebut telah dilampirkan di atas)
Pergeseran tren penamaan ini mencerminkan perubahan sosial budaya yang kompleks di Jawa. Pelestarian bahasa dan budaya Jawa, termasuk nama-nama tradisionalnya, membutuhkan upaya bersama untuk menjaga warisan leluhur agar tidak sepenuhnya hilang.