Teknologi kendaraan bertenaga hidrogen tengah menjadi perbincangan hangat. Namun, penerapannya di Indonesia masih dihadapkan pada sejumlah tantangan.
Ketua Umum Perkumpulan Industri Kendaraan Listrik Indonesia (Periklindo), Moeldoko, baru-baru ini memberikan pandangannya mengenai hal tersebut. Ia menilai teknologi hidrogen masih terlalu dini untuk diadopsi secara luas di Indonesia.
Tantangan Adopsi Teknologi Hidrogen di Indonesia
Menurut Moeldoko, transisi bahan bakar kendaraan bermotor harus dilakukan secara bertahap. Prosesnya dimulai dari kendaraan bensin, kemudian hybrid, dan akhirnya kendaraan listrik murni.
Teknologi hidrogen, yang menggunakan air sebagai bahan baku, dianggapnya sebagai lompatan teknologi yang terlalu jauh dari tahapan tersebut. Hal ini membutuhkan waktu dan pengembangan lebih lanjut.
Moeldoko menekankan pentingnya mempertimbangkan berbagai faktor sebelum memilih jenis bahan bakar kendaraan. Harga, keamanan, jarak tempuh, dan kemudahan pengisian bahan bakar merupakan aspek krusial yang perlu dipertimbangkan.
Ia menambahkan bahwa pilihan konsumen akan bergantung pada kemampuan teknologi untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Baik kendaraan listrik maupun hidrogen, yang mampu memenuhi kriteria tersebutlah yang akan dipilih konsumen.
Kendala Infrastruktur dan Harga Bahan Bakar Hidrogen
Salah satu kendala utama adopsi hidrogen adalah mahalnya harga bahan baku dan terbatasnya infrastruktur pengisian bahan bakar. Saat ini, stasiun pengisian bahan bakar hidrogen (SPBH) di Indonesia masih sangat terbatas.
Hanya terdapat dua SPBH di Indonesia, yaitu di Karawang milik Toyota dan di Senayan milik PLN. Keterbatasan ini menjadi hambatan besar dalam pengembangan teknologi hidrogen di Indonesia.
Harga hidrogen juga menjadi faktor penghambat. Harga hidrogen low carbon, yang ramah lingkungan, masih cukup tinggi, mencapai di atas US$ 5 atau sekitar Rp 84.000 per kg. Bahkan, beberapa jenis bisa mencapai lebih dari US$ 10 per kg.
Sebagai perbandingan, hidrogen grey yang dihasilkan dari bahan bakar fosil jauh lebih murah, namun tidak ramah lingkungan karena tidak menerapkan teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS).
Perkembangan Teknologi Hidrogen dan Prospek di Masa Depan
Meskipun masih menghadapi tantangan, perkembangan teknologi hidrogen terus berlanjut. Penelitian dan pengembangan terus dilakukan untuk menekan biaya produksi dan meningkatkan efisiensi.
Pemerintah juga perlu berperan aktif dalam mendukung pengembangan infrastruktur SPBH dan memberikan insentif untuk mendorong adopsi teknologi hidrogen.
Untuk saat ini, fokus utama tetap pada pengembangan kendaraan listrik. Namun, pengembangan teknologi hidrogen tetap penting untuk dipertimbangkan sebagai solusi jangka panjang.
Dengan berbagai tantangan yang ada, teknologi hidrogen diperkirakan masih membutuhkan waktu lama untuk dapat diadopsi secara luas di Indonesia.
Kesimpulannya, meskipun teknologi hidrogen menawarkan potensi yang besar sebagai alternatif bahan bakar kendaraan, tantangan infrastruktur, harga, dan ketersediaan bahan baku masih menjadi kendala utama untuk penerapannya di Indonesia. Pengembangan teknologi ini memerlukan waktu dan upaya kolaboratif antara pemerintah, industri, dan peneliti.