Indonesia memiliki sejarah pembelian pesawat tempur dari Israel yang terselubung rapat. Pada tahun 1979, Indonesia secara rahasia mengakuisisi pesawat tempur, sebuah langkah yang hingga kini masih menyimpan banyak misteri.
Tidak hanya pembelian pesawatnya saja yang dirahasiakan, pelatihan para pilot Indonesia di Israel juga dilakukan secara sangat tertutup. Operasi Alpha, begitu misi pelatihan ini dinamai, melibatkan 10 penerbang TNI AU yang dikirim ke Israel untuk mempelajari pesawat tempur A-4 Skyhawk.
Kerahasiaan misi ini begitu ketat, bahkan banyak petinggi militer yang tidak mengetahuinya. Hal ini diungkapkan oleh L.B. Moerdani, Kepala Badan Intelijen ABRI (BIA) saat itu, yang menyampaikan pesan penting kepada para penerbang.
Pesan Rahasia dari L.B. Moerdani
“Ini adalah misi rahasia, maka yang merasa ragu-ragu, silahkan kembali sekarang juga. Kalau misi ini gagal, negara tidak akan pernah mengakui kewarganegaraan kalian. Namun, kami tetap akan mengusahakan kalian semua bisa kembali dengan jalan lain. Misi ini hanya akan dianggap berhasil, apabila ‘sang merpati’ (pesawat yang dibeli) telah hinggap,” demikian pesan L.B. Moerdani.
Pesan tersebut menggambarkan betapa besarnya resiko dan tanggung jawab yang dipikul oleh kesepuluh penerbang tersebut. Keberhasilan misi ini bergantung pada kemampuan mereka untuk menyelesaikan pelatihan dan membawa pulang pesawat tempur tersebut tanpa ketahuan.
Pelatihan di Israel dan Kamuflase di Amerika Serikat
Selama empat bulan, para penerbang TNI AU menjalani pelatihan intensif di pangkalan udara Eilat, Israel. Mereka tidak hanya belajar menerbangkan pesawat A-4 Skyhawk, tetapi juga menguasai seluruh sistem operasionalnya.
Perjalanan mereka pun disamarkan. Mereka terbang dari Jakarta ke Singapura, lalu ke Frankfurt, Jerman, sebelum akhirnya tiba di Tel Aviv, Israel. Setelah pelatihan selesai, pada 20 Mei 1980, kesepuluh penerbang menerima brevet pilot tempur A-4 Skyhawk.
Untuk menjaga kerahasiaan, keberadaan mereka di Israel dikamuflase seolah-olah mereka berlatih di Amerika Serikat. Foto-foto yang dibawa pulang pun diganti dengan foto-foto dari Disneyland, Washington DC, dan New York, bahkan sampai menggunakan kenang-kenangan dan ijazah palsu dari US Marine Corps, Yuma Air Station.
Kedatangan Pesawat A-4 Skyhawk dan Rahasianya
Kedatangan pesawat A-4 Skyhawk ke Indonesia juga dilakukan secara bertahap dan rahasia. Pesawat tiba di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, dalam beberapa gelombang, selesai pada Agustus 1982. Untuk mengaburkan asal usulnya, empat pesawat Skyhawk pertama disamarkan dengan pembungkus F-4 E/F Tiger.
Metode kamuflase ini bertujuan agar orang mengira pesawat tersebut merupakan bagian dari pengiriman F-5 E/F Tiger yang datang beberapa hari kemudian dengan pesawat angkut Angkatan Udara Amerika Serikat. Total, ada 16 pesawat A-4 Skyhawk yang didatangkan.
Setelah dicek di Hanggar Skadron 17 di Lanud Halim Perdanakusuma, pesawat-pesawat tersebut kemudian diterbangkan oleh para penerbang yang telah dilatih di Israel. Mereka selanjutnya melatih penerbang-penerbang A-4 baru di Indonesia.
Kisah F. Djoko Poerwoko
Salah satu penerbang yang terlibat dalam Operasi Alpha adalah F. Djoko Poerwoko. Pengalamannya diceritakan dalam buku “Menari di Angkasa, Anak Kampung Jadi Penerbang Tempur”. Kisah Djoko Poerwoko menggambarkan betapa besarnya dedikasi dan pengorbanan yang dilakukan para penerbang dalam menjalankan misi rahasia ini.
Bahkan, seorang atasannya di TNI AU pernah berkata, “Saya kira kamu belajar A-4 di Israel, enggak taunya malah di Amerika,” begitu rahasia misi tersebut.
F. Djoko Poerwoko meninggal dunia pada 9 Agustus 2011 karena serangan jantung. Kisah hidupnya dan keterlibatannya dalam Operasi Alpha menjadi bagian penting dari sejarah penerbangan tempur Indonesia.
Operasi Alpha merupakan bukti keberanian dan kecerdasan Indonesia dalam memperkuat pertahanan negaranya, meskipun harus ditempuh dengan cara yang sangat rahasia dan penuh resiko. Kisah ini juga menyoroti pentingnya menjaga kerahasiaan dalam operasi militer yang sensitif.