Museum Nasional Indonesia menggelar pameran bertajuk ‘SUNTING: Jejak Perempuan Indonesia Penggerak Perubahan’. Pameran yang dibuka oleh Menteri Kebudayaan (Menbud RI) Fadli Zon ini berlangsung hingga Juli 2025 dan terbuka untuk umum. Pameran ini mengajak masyarakat untuk mengenali dan mengapresiasi perjuangan para perempuan Indonesia yang telah berperan penting dalam perubahan bangsa.
Bertepatan dengan Hari Kartini, pameran ini menjadi refleksi atas kontribusi perempuan dalam sejarah, budaya, dan masa depan Indonesia. Menbud Fadli Zon menekankan pentingnya upaya reflektif dan partisipatif untuk memahami peran vital perempuan dalam perjalanan bangsa.
Mengungkap Peran Perempuan dalam Sejarah Indonesia
Pameran ‘SUNTING’ mengajak pengunjung untuk menelusuri perjalanan panjang perempuan Indonesia dalam membentuk sejarah bangsa. Suara, ekspresi, dan karya mereka diangkat sebagai bagian penting dalam narasi sejarah nasional.
Kementerian Kebudayaan berkomitmen untuk terus memperkuat peran perempuan dalam pembangunan nasional yang adil, inklusif, dan dinamis. Hal ini sejalan dengan upaya menjaga warisan budaya bangsa yang progresif dan berkeadilan.
Pameran SUNTING: Tiga Zona Utama
Pameran ini terbagi menjadi tiga zona utama yang menyoroti berbagai aspek peran perempuan di Indonesia. Pengunjung dapat menjelajahi setiap zona untuk memahami beragam kontribusi perempuan dalam berbagai bidang.
Zona 1: Perempuan, Kekuasaan, dan Perlawanan
Zona pertama menampilkan 14 tokoh perempuan pemimpin dan pejuang yang telah berjuang untuk keadilan dan perubahan. Kisah perjuangan mereka menjadi inspirasi bagi generasi penerus.
Zona 2: Perempuan, Penggerak Sejarah
Zona kedua menampilkan 29 tokoh perempuan yang berperan dalam dinamika sosial-politik Indonesia. Kontribusi mereka dalam perubahan sosial dan politik turut dibahas secara mendalam.
Zona 3: Perempuan, Pembangun Peradaban
Zona ketiga menampilkan 53 tokoh perempuan yang berjasa dalam berbagai bidang, mulai dari pendidikan dan seni hingga kesehatan dan teknologi. Keberagaman kontribusi perempuan ini ditonjolkan dalam zona ini.
Selain tokoh individu, 17 organisasi perempuan juga mendapat sorotan sebagai bagian penting dari perjuangan kolektif perempuan Indonesia.
Artefak dan Narasi yang Memukau
Pameran ‘SUNTING’ menampilkan berbagai artefak lintas budaya dan waktu. Koleksi yang dipamerkan meliputi arsip, karya sastra, tekstil, artefak etnografi, karya seni, dan dokumentasi.
Semua artefak tersebut merefleksikan perjuangan, identitas, dan kontribusi perempuan dalam berbagai aspek kehidupan sepanjang sejarah Indonesia. Pengunjung dapat menyaksikan kekayaan budaya dan sejarah dari perspektif perempuan.
Direktur Eksekutif Museum dan Cagar Budaya, Indira Nurjadin, menjelaskan bahwa pameran ini dirancang sebagai ruang dialog dan refleksi, bukan hanya sekadar ruang pamer. Tujuannya agar pengunjung terlibat aktif dalam percakapan tentang kesetaraan dan keadilan gender di Indonesia.
Kata ‘Sunting’, yang berarti hiasan kepala perempuan dalam tradisi Nusantara, melambangkan martabat dan identitas. Pameran ini sebagai bentuk penghormatan dan upaya menyusun ulang narasi sejarah dari perspektif perempuan.
Pameran ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesetaraan, keberagaman, dan keadilan gender. Semangat perjuangan para tokoh perempuan menjadi inspirasi bagi perempuan Indonesia masa kini untuk menghadapi tantangan zaman.
Pameran ‘SUNTING’ yang dikurasi oleh Citra Smara Dewi dan Sabila Duhita Drijono, dengan riset dari tim Departemen Sejarah Universitas Indonesia, bukan hanya pameran sejarah, tetapi juga sebuah ajakan untuk terus memperjuangkan kesetaraan dan keadilan gender di Indonesia. Semoga pameran ini dapat menginspirasi banyak orang untuk menghargai peran perempuan dalam pembangunan bangsa.