Dunia berduka. Paus Fransiskus, pemimpin spiritual bagi lebih dari satu miliar umat Katolik, telah meninggal dunia pada usia 88 tahun. Pengumuman resmi dari Vatikan pada Senin, 21 April 2025, mengonfirmasi kepergian Paus yang penuh kharisma ini setelah perjuangan panjang melawan berbagai komplikasi kesehatan.
Kabar duka ini mengejutkan dunia, mengingat Paus Fransiskus baru-baru ini dirawat di rumah sakit karena pneumonia. Perjalanan kesehatannya yang panjang, terutama masalah pernapasan sejak muda, menjadi sorotan setelah kepergiannya.
Meninggalnya Paus Fransiskus Akibat Pneumonia
Paus Fransiskus pertama kali dirawat di Agostino Gemelli Polyclinic Hospital pada 14 Februari 2025 karena bronkitis. Kondisi kesehatannya memburuk beberapa hari kemudian hingga didiagnosis menderita pneumonia bilateral, yaitu pneumonia yang menyerang kedua paru-paru.
Vatikan mengumumkan wafatnya Paus pada pukul 07.35 pagi waktu setempat. Pneumonia, infeksi paru-paru yang bisa disebabkan oleh bakteri, virus, atau jamur, menjadi penyebab utama kepergiannya.
Riwayat Kesehatan Paus Fransiskus: Perjuangan Sejak Muda
Paus Fransiskus memiliki riwayat masalah pernapasan yang panjang. Pada usia 20-an tahun, ia menjalani pengangkatan sebagian paru-paru di Argentina akibat infeksi parah, kemungkinan tuberkulosis (TBC), sebelum era antibiotik yang luas.
Pengangkatan sebagian paru-paru merupakan prosedur standar pada masa itu untuk mengatasi infeksi paru-paru berat. Kondisi ini diperparah oleh komplikasi batuk rejan yang juga dialaminya.
Seiring bertambahnya usia, masalah pernapasannya semakin sering kambuh. Pada tahun 2023, ia membatalkan kunjungan ke Uni Emirat Arab karena influenza dan radang paru-paru. Sepanjang 2024, ia juga beberapa kali mengalami flu dan membatalkan beberapa janji temu.
Masalah Kesehatan Lain yang Dialami Paus Fransiskus
Selain masalah pernapasan, Paus Fransiskus juga menderita sejumlah penyakit lain. Pada Juni 2023, ia menjalani operasi hernia perut yang menyebabkan penyumbatan usus.
Juli 2021, ia menjalani operasi pengangkatan 33 cm usus besar akibat peradangan divertikula. Sciatica, masalah saraf kronis yang menyebabkan nyeri punggung, pinggul, dan kaki, juga pernah dialaminya dan menyebabkan ia melewatkan kebaktian malam tahun baru 2020.
Masalah lutut juga pernah dideritanya, namun ia menolak operasi pada tahun 2022 untuk menghindari efek samping anestesi seperti yang dialaminya pada operasi usus besar 2021. Ia memilih terapi laser dan magnet sebagai pengobatan alternatif.
Sejak muda, Paus Fransiskus juga berjuang melawan kecemasan. Ia pernah menceritakan pengalamannya bertemu psikiater di Argentina selama masa kediktatoran militer dan bagaimana ia belajar mengatasinya, salah satunya dengan mendengarkan musik klasik Johann Sebastian Bach.
Kepergian Paus Fransiskus meninggalkan duka mendalam bagi umat Katolik di seluruh dunia. Kisah hidupnya, termasuk perjuangannya melawan berbagai penyakit sejak muda hingga akhir hayatnya, menginspirasi banyak orang. Ia akan dikenang bukan hanya sebagai pemimpin spiritual, tetapi juga sebagai sosok yang teguh dan penuh kasih sayang.