Seorang pria asal Australia dijatuhi hukuman penjara lima pekan di Singapura karena tindakannya yang membahayakan selama penerbangan. Insiden ini menyoroti pentingnya menjaga ketertiban dan keselamatan di dalam pesawat terbang.
Kolathu James Leo, 42 tahun, terbukti bersalah telah mabuk berat dan mengancam awak kabin selama penerbangan Scoot dari Sydney ke Singapura pada 27 Februari 2025.
Pria Mabuk Mengamuk di Pesawat Scoot
Kolathu, yang tinggal di Canberra, Australia, sedang dalam perjalanan transit ke India untuk menghadiri pemakaman pamannya. Sebelum penerbangan, ia mengonsumsi setidaknya empat gelas wiski.
Setelah pesawat lepas landas, dan meskipun lampu sabuk pengaman masih menyala, Kolathu berdiri dan mulai berteriak, mengganggu penumpang lain. Ia bahkan mendorong salah seorang penumpang.
Perilaku agresifnya berlanjut hingga ia mencoba mencabut kantong kursi dan membanting sandaran kursi di depannya. Peringatan dari awak kabin diabaikannya.
Ancaman Pembunuhan dan Penangkapan
Puncaknya, Kolathu mencengkeram pergelangan tangan seorang awak kabin dan mengancam akan membunuhnya. Situasi ini membuat awak kabin merasa terancam dan melaporkan kejadian tersebut kepada kapten.
Awak kabin meminta perangkat pengekang untuk melumpuhkan Kolathu. Ia kemudian diborgol di kursinya hingga pesawat mendarat di Bandara Changi, Singapura, dan langsung ditangkap oleh pihak berwenang.
Tes alkohol menunjukkan kadar alkohol dalam darah Kolathu mencapai 96mg per 100ml. Jumlah ini menunjukkan tingkat keracunan alkohol yang signifikan.
Vonis dan Implikasi Keselamatan Penerbangan
Hakim Distrik Janet Wang menyebut tindakan Kolathu sebagai kasus *air rage* yang serius, yang membahayakan keselamatan awak kabin dan penumpang lain.
Hakim menekankan pentingnya mempertahankan standar keselamatan tinggi dalam penerbangan, mengingat keterbatasan dalam penanganan situasi darurat di udara.
Meskipun jaksa menuntut hukuman empat pekan dan pembela mengajukan tiga pekan, hakim menjatuhkan vonis lima pekan penjara. Vonis ini mempertimbangkan perilaku agresif Kolathu dan penolakannya terhadap peringatan.
Kasus ini menjadi pengingat akan pentingnya tanggung jawab individu selama penerbangan dan konsekuensi serius dari tindakan yang membahayakan keselamatan orang lain.
Peristiwa ini juga menggarisbawahi perlunya pelatihan yang lebih baik bagi awak kabin dalam menangani situasi yang melibatkan penumpang yang mengganggu dan mabuk. Protokol keamanan di dalam pesawat harus selalu diperbarui dan diperketat.
Kejadian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran tentang pentingnya berperilaku bertanggung jawab selama perjalanan udara, baik bagi penumpang maupun awak kabin.