Ketegangan antara India dan Pakistan kembali meningkat setelah India melancarkan serangan militer ke sasaran di Pakistan. Serangan ini dilakukan sebagai respons atas serangan terhadap turis di Kashmir.
Pakistan mengklaim telah berhasil menembak jatuh lima jet Angkatan Udara India, salah satunya diduga merupakan pesawat tempur Rafale buatan Prancis. Klaim ini menimbulkan kontroversi dan penolakan dari berbagai pihak.
Serangan Balasan India dan Klaim Pakistan
Menurut laporan dari Pakistan, serangan balasan India mengakibatkan sedikitnya 26 korban jiwa, termasuk perempuan dan anak kecil berusia tiga tahun. Sebanyak 46 orang lainnya dilaporkan mengalami luka-luka.
Sumber militer Pakistan menyatakan kepada CNN bahwa mereka berhasil menembak jatuh lima jet tempur India dan satu pesawat tanpa awak. Jenis pesawat tempur yang diklaim jatuh meliputi tiga Rafale, satu MiG-29, dan satu SU-30.
Laporan ini diperkuat oleh kesaksian penduduk dan pejabat pemerintah setempat yang menyebutkan jatuhnya sebuah pesawat tempur di dekat sebuah gedung sekolah di Kashmir yang dikuasai India. Foto-foto yang beredar di media menunjukkan puing-puing pesawat di sekitar lokasi kejadian.
Kontroversi Jatuhnya Rafale
Jika klaim Pakistan benar, maka ini akan menjadi insiden pertama jatuhnya pesawat tempur Rafale dalam pertempuran. Pihak Dassault, produsen Rafale, dan militer Prancis hingga saat ini belum memberikan komentar resmi terkait insiden tersebut.
Di sisi lain, pengguna media sosial di India ramai-ramai menolak laporan mengenai jatuhnya Rafale. Mereka mempertanyakan keabsahan klaim Pakistan dan menuntut bukti yang kuat.
Rafale: Jet Tempur Canggih Multiperan
India pertama kali menerima pesawat tempur Rafale pada Juli 2020 sebagai bagian dari kontrak pembelian 36 unit yang disepakati pada tahun 2016. Awalnya, India berencana membeli 126 unit pesawat tersebut.
Rafale terpilih sebagai jet tempur utama India setelah melewati proses seleksi ketat yang melibatkan beberapa kandidat lain, termasuk Eurofighter Typhoon. Namun, rencana pembelian akhirnya direvisi menjadi hanya 36 unit.
Dassault Rafale merupakan pesawat tempur multiperan generasi 4.5 dengan kecepatan maksimum Mach 1.8 dan radius tempur hingga 1000 km. Pesawat ini dirancang untuk berbagai misi, mulai dari supremasi udara hingga serangan anti-kapal.
Keunggulan Rafale
Sistem avionik canggih Rafale memberikan keunggulan dalam hal kewaspadaan situasional dan kemampuan bertahan hidup. Desain aerodinamisnya juga meningkatkan kemampuan manuver.
Rafale dibekali radar Thales RBE2 AESA dan perangkat peperangan elektronik Spectra yang memungkinkan deteksi, pelacakan, dan identifikasi target secara efektif. Hal ini memberikan pilot pandangan komprehensif terhadap medan perang.
Pesawat ini dapat membawa berbagai macam persenjataan, termasuk rudal udara-ke-udara, udara-ke-darat, dan anti-kapal seperti Exocet. Exocet merupakan rudal anti-kapal canggih yang sulit dicegat karena lintasannya yang rendah.
Kelemahan Rafale
Meskipun memiliki banyak keunggulan, Rafale memiliki kelemahan dalam hal kemampuan siluman. Kemampuan siluman semakin penting dalam peperangan udara modern.
Media Deccan Herald mencatat bahwa meskipun canggih, Rafale mungkin tidak akan bertahan lama di tengah perkembangan teknologi pesawat tempur modern. Kemampuan siluman menjadi kebutuhan mendesak seiring meningkatnya kemampuan sistem pertahanan udara musuh. Pesawat generasi kelima dinilai akan segera mengungguli Rafale.
Insiden jatuhnya pesawat tempur, khususnya klaim jatuhnya Rafale, masih menjadi perdebatan. Kejelasan informasi dari pihak-pihak terkait sangat dibutuhkan untuk menyelesaikan kontroversi ini. Kejadian ini juga menyoroti pentingnya pengembangan teknologi pertahanan yang terus beradaptasi dengan perkembangan teknologi militer dunia.