Tahun Baru Imlek, atau Tahun Baru Cina, merupakan perayaan penuh makna dan kebahagiaan bagi masyarakat Tionghoa di seluruh dunia. Tradisi saling memberi angpao, atau hongbao dalam bahasa Mandarin, menjadi salah satu momen yang paling ditunggu-tunggu. Lebih dari sekadar amplop merah berisi uang, angpao menyimpan beragam sejarah, simbolisme, dan etika yang menarik untuk diulas.
Angpao bukan hanya sekadar pemberian uang, melainkan simbol budaya yang kaya makna dan tradisi turun-temurun. Di balik amplop merah yang sederhana, tersimpan nilai-nilai luhur yang mencerminkan kearifan leluhur Tionghoa. Berikut beberapa fakta menarik seputar angpao yang mungkin belum Anda ketahui.
Asal-Usul Angpao: Legenda Penangkal Setan
Tradisi memberi angpao berakar dari sebuah legenda Tiongkok kuno. Konon, terdapat setan bernama Sui yang suka mengganggu anak-anak di malam Tahun Baru Imlek.
Orang tua zaman dulu akan memberikan delapan koin yang dibungkus dengan kertas merah kepada anak-anak mereka. Koin-koin ini diletakkan di bawah bantal anak agar tetap terjaga dan terlindung dari gangguan setan Sui.
Kertas merah dipercaya dapat menangkal roh jahat. Cahaya yang dipancarkan koin-koin tersebut juga diyakini mampu menakuti Sui.
Seiring waktu, tradisi ini berkembang menjadi pemberian angpao sebagai simbol perlindungan dan keberuntungan bagi anak-anak, dan kemudian meluas kepada keluarga dan kerabat.
Simbolisme Warna Merah dan Makna Angpao
Warna merah pada angpao bukan sekadar pilihan estetika, melainkan simbol penting dalam budaya Tionghoa. Warna merah melambangkan keberuntungan, kemakmuran, dan energi positif.
Oleh karena itu, pemberian angpao diharapkan mampu membawa keberuntungan dan kebahagiaan bagi penerimanya. Isi angpao, berupa uang, menjadi pelengkap simbolisme tersebut.
Bukan hanya warna merah, tetapi juga hiasan kaligrafi dan simbol-simbol keberuntungan lainnya pada amplop juga menambah nilai spiritual dan estetika angpao.
Etika dan Tata Krama dalam Memberi dan Menerima Angpao
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memberi dan menerima angpao agar tetap menghormati tradisi dan norma sosial. Angpao harus diberikan dan diterima dengan kedua tangan sebagai tanda penghormatan.
Penerima angpao sebaiknya mengucapkan terima kasih dan mengucapkan “恭喜发财” (gōng xǐ fā cái) yang berarti “selamat dan semoga sukses”. Ungkapan ini merupakan doa yang tulus untuk si penerima.
Jumlah uang di dalam angpao biasanya berupa angka genap, kecuali angka empat yang dianggap tidak membawa keberuntungan dalam budaya Tionghoa. Angka empat terdengar mirip dengan kata “kematian” dalam bahasa Mandarin.
Jumlah Uang dalam Angpao
Besarnya jumlah uang di dalam angpao bervariasi tergantung kedekatan hubungan dengan si penerima. Semakin dekat hubungan, semakin besar pula jumlah uang yang diharapkan.
Namun, yang terpenting bukanlah nominal uangnya, tetapi niat tulus untuk berbagi kebahagiaan dan berkat. Memberi angpao merupakan wujud berbagi rezeki dan doa untuk keberuntungan penerimanya.
Cara Memberi Angpao dan Pembukaannya
Angpao sebaiknya tidak dibuka di depan pemberi. Hal ini merupakan bentuk penghormatan dan menjaga kesopanan.
Pemberian angpao juga bukan hanya terbatas pada Tahun Baru Imlek. Angpao sering diberikan pada berbagai acara penting seperti ulang tahun, pernikahan, wisuda, kelahiran bayi, bahkan pemakaman.
Angpao di Era Digital dan Kesimpulan
Di era modern, tradisi angpao telah beradaptasi dengan teknologi. Angpao virtual atau digital semakin populer, terutama di kalangan generasi muda.
Transfer uang secara digital memudahkan proses pemberian dan penerimaan angpao, terutama bagi mereka yang berjauhan secara geografis. Namun, nilai dan makna di balik tradisi angpao tetap sama, yaitu sebagai simbol keberuntungan, kebahagiaan, dan doa yang tulus.
Tradisi angpao melambangkan nilai-nilai luhur budaya Tionghoa: kesatuan keluarga, berbagi kebahagiaan, dan doa untuk keberuntungan. Walau bentuknya berkembang seiring zaman, esensi dan maknanya tetap lestari dan diwariskan dari generasi ke generasi. Memberi dan menerima angpao menjadi lebih dari sekadar transaksi finansial, tetapi juga sebuah jembatan yang menghubungkan ikatan keluarga dan silaturahmi.