Kecelakaan lalu lintas yang melibatkan truk, khususnya truk barang, masih menjadi masalah serius di Indonesia. Insiden memilukan kembali terjadi di Purworejo, Jawa Tengah, Rabu (7/5/2025), menewaskan 11 orang dan melukai 6 lainnya. Kejadian ini menggarisbawahi perlunya evaluasi menyeluruh terhadap faktor-faktor yang berkontribusi pada tingginya angka kecelakaan tersebut.
Data kecelakaan yang melibatkan truk menunjukkan tren yang mengkhawatirkan. Untuk itu, penting untuk memahami akar permasalahan dan mencari solusi yang komprehensif.
Faktor Penyebab Kecelakaan Truk Maut
Berdasarkan investigasi Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) sejak 2015, sejumlah faktor berkontribusi terhadap tingginya angka kecelakaan yang melibatkan truk barang. Kondisi kendaraan yang tidak laik jalan merupakan salah satu penyebab utama.
Faktor lainnya adalah kelelahan pengemudi, kondisi kesehatan pengemudi yang kurang optimal, serta kurangnya pembinaan dan penindakan yang efektif terhadap pelanggaran lalu lintas.
Kelelahan Pengemudi: Ancaman Nyata di Jalan Raya
Wakil Ketua Pemberdayaan dan Pengembangan Wilayah Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat, Djoko Setijowarno, menyoroti masalah kelelahan pengemudi. Menurut data KNKT, rasio jumlah pengemudi truk terhadap jumlah kendaraan beroperasi sudah masuk zona berbahaya.
Kemampuan pengemudi dalam mengoperasikan kendaraan juga dinilai rendah. Regulasi yang melindungi hak-hak pengemudi, seperti pengaturan waktu kerja, istirahat, dan libur, masih sangat minim. Hal ini meningkatkan risiko microsleep dan kecelakaan.
KNKT mencatat bahwa 84 persen kecelakaan disebabkan oleh kegagalan sistem pengereman dan kelelahan pengemudi. Kegagalan pengereman bisa diakibatkan oleh kondisi pengemudi yang tidak siap atau tidak menguasai kendaraan, dan juga kondisi kendaraan yang buruk.
Solusi Jangka Pendek dan Panjang
Djoko Setijowarno menekankan pentingnya peningkatan kompetensi pengemudi, tidak hanya dalam hal keterampilan mengemudi dan pengetahuan lalu lintas, tetapi juga kepribadian dan sikap. Sopir truk idealnya memiliki “skill, knowledge, dan attitude” yang baik, mengutamakan keselamatan dan keamanan.
Ia mencontohkan perjalanan panjang yang ditempuh truk barang, misalnya dari Jawa hingga Aceh, yang bisa mencapai ribuan kilometer. Perjalanan ekstrim ini jelas meningkatkan risiko kelelahan pengemudi.
Sebagai solusi, Djoko menyarankan pengalihan angkutan barang ke moda transportasi lain seperti kereta api atau kapal laut, terutama untuk rute jarak jauh. Hal ini akan mengurangi beban kerja pengemudi dan meminimalisir risiko kecelakaan akibat kelelahan.
Ia mencontohkan perjalanan truk dari Jawa ke Aceh yang memakan waktu 4-5 hari. Penggunaan moda transportasi laut bisa menjadi solusi yang jauh lebih efisien dan aman.
Penerapan regulasi yang lebih ketat dan pengawasan yang efektif terhadap kondisi kendaraan dan jam kerja pengemudi juga sangat penting. Peningkatan kesadaran akan pentingnya keselamatan di jalan raya juga perlu digencarkan.
Dengan berbagai upaya komprehensif, diharapkan angka kecelakaan yang melibatkan truk dapat ditekan dan keselamatan pengguna jalan dapat lebih terjamin.