Tidak ada yang menginginkan PHK, apalagi bagi kepala keluarga. Kehilangan pekerjaan secara tiba-tiba dapat menimbulkan dampak besar, baik finansial maupun emosional. Kisah Reza, seorang pekerja lepas di perusahaan asing bidang kreatif, menjadi gambaran nyata tentang betapa traumatisnya pengalaman tersebut.
Reza, 34 tahun, masih terguncang dengan cara pemecatannya yang tak terduga. Ia dipanggil ke sebuah hotel di Jakarta, diberi tahu di tempat bahwa hari itu adalah hari kerjanya yang terakhir. Kejadian ini menjadi sorotan bagaimana beberapa perusahaan melakukan PHK secara kurang manusiawi.
Pemecatan Berkedok Rapat di Hotel
Reza menerima undangan rapat dadakan via email. Ia diminta membawa laptop ke sebuah hotel di Jakarta. Walau curiga, ia tetap berangkat, mengira ada seminar atau rapat penting.
Keesokan harinya, ia tiba di hotel dan disambut tim HR. Suasana yang awalnya terasa normal, berubah drastis saat ia bertemu CEO dan diberitahu tentang PHK-nya.
Kronologi PHK yang Tak Terduga
Semula, Reza merasa nyaman dengan pekerjaannya. Jam kerja fleksibel, fasilitas memadai, dan tunjangan kesehatan terjamin. Ia bekerja di startup tersebut sejak tahun 2022.
Pada akhir tahun 2023, Reza bekerja dari rumah (WFH). Ia kemudian menerima email yang menginformasikan penghentian sementara operasional kantor karena demo. Namun, di waktu yang bersamaan, ia juga menerima undangan rapat di hotel. Undangan tersebut yang membuatnya curiga.
Beberapa kolega Reza tidak mengetahui undangan tersebut, menambah kecurigaan akan adanya hal yang tidak beres. Setelah tiba di hotel, ia disambut tim HR dengan ramah, namun di dalam ruangan, CEO langsung menyampaikan kabar PHK-nya.
Dampak PHK dan Refleksi
Reza menggambarkan suasana saat itu penuh ketegangan. Ia hanya diberi penjelasan singkat terkait kebijakan investor dan pengurangan jumlah karyawan sekitar 50 persen. Penjelasan tersebut dianggap kurang detail dan memuaskan.
Pengalaman ini tentu menjadi pelajaran berharga bagi Reza dan para pekerja lainnya. Kejadian ini menyoroti pentingnya transparansi dan perlakuan manusiawi dari perusahaan dalam proses PHK. Ketidakpastian dan kejutan yang dialami Reza mencerminkan pentingnya perencanaan karier dan penguatan kemampuan adaptasi di tengah dinamika dunia kerja. Semoga ke depannya, setiap perusahaan lebih bijak dan empati dalam menghadapi situasi PHK. Lebih dari sekadar prosedur, proses PHK semestinya menghormati martabat dan masa depan para karyawannya.