Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diperkirakan akan melemah secara terbatas. Hal ini dipicu oleh optimisme investor terhadap hasil positif dari pembicaraan tarif perdagangan antara China dan Amerika Serikat. Pertemuan antara pejabat tinggi kedua negara memberikan sinyal positif bagi pasar, meskipun potensi kenaikan inflasi di AS juga turut mempengaruhi pergerakan kurs. Mari kita telusuri lebih dalam faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan rupiah.
Analis mata uang Doo Financial Futures, Lukman Leong, menyatakan bahwa rupiah cenderung berkonsolidasi dengan kecenderungan melemah. Ia melihat adanya rebound dolar AS di tengah ekspektasi positif dari negosiasi tarif antara China dan AS.
Pembicaraan Tarif Perdagangan China-AS: Sinyal Positif bagi Pasar
Pertemuan antara Wakil Perdana Menteri China, He Lifeng, dan Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, menjelang mekanisme konsultasi ekonomi dan perdagangan China-AS pada 9 Juni 2024, disambut baik oleh kalangan bisnis.
Kedua negara disebut telah melakukan pembicaraan selama dua hari secara profesional, rasional, mendalam, dan jujur, dengan kesepakatan prinsip untuk menerapkan konsensus yang telah dicapai sebelumnya oleh Presiden Trump dan Presiden Xi Jinping.
Perundingan ini diharapkan dapat memperkuat kepercayaan antara kedua negara, dan mendorong perkembangan hubungan ekonomi dan perdagangan yang stabil dan sehat.
Potensi Kenaikan Inflasi AS dan Pengaruhnya terhadap Dolar
Investor juga tengah mencermati data inflasi AS. Inflasi AS diperkirakan akan meningkat sebesar 0,2 persen secara tahunan (yoy) pada bulan Mei, dari 2,3 persen menjadi 2,5 persen.
Kenaikan inflasi ini cenderung mendukung penguatan dolar AS. Hal ini karena inflasi yang lebih tinggi dapat mendorong The Federal Reserve (The Fed) untuk mempertahankan atau bahkan menaikkan suku bunga acuan.
Dampak Kenaikan Suku Bunga terhadap Nilai Tukar
Kenaikan suku bunga akan meningkatkan daya tarik investasi di AS, sehingga mendorong permintaan dolar AS dan memperkuat nilai tukarnya.
Sebaliknya, jika suku bunga AS tetap rendah atau bahkan menurun, maka dolar AS akan cenderung melemah.
Prediksi Pergerakan Rupiah dan Perkembangan Terkini
Menggabungkan faktor optimisme atas pembicaraan perdagangan China-AS dan potensi kenaikan inflasi di AS, kurs rupiah diperkirakan akan berada di kisaran Rp16.200 – Rp16.300 per dolar AS.
Pada pembukaan perdagangan Rabu pagi, rupiah menguat tipis sebesar 3 poin (0,02 persen) menjadi Rp16.272 per dolar AS, dibandingkan dengan penutupan sebelumnya di Rp16.275 per dolar AS.
Perlu diingat bahwa prediksi pergerakan nilai tukar mata uang bersifat dinamis dan rentan terhadap berbagai faktor internal dan eksternal yang dapat berubah secara tiba-tiba. Oleh karena itu, pemantauan perkembangan ekonomi makro baik di dalam maupun luar negeri tetap krusial untuk memahami pergerakan nilai tukar rupiah ke depannya.
Ke depan, perkembangan hubungan bilateral antara China dan AS akan terus menjadi sorotan utama yang akan mempengaruhi dinamika pasar keuangan global, termasuk pergerakan rupiah.