Rupiah Terancam! Tarif AS-China Picu Pelemahan Kurs?

Redaksi

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diperkirakan akan bergerak terbatas dengan kecenderungan melemah. Hal ini dipicu oleh optimisme pasar terhadap pembicaraan tarif perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China.

Analis mata uang dari Doo Financial Futures, Lukman Leong, memperkirakan rupiah akan berkonsolidasi dengan potensi pelemahan terbatas. Antisipasi investor terhadap hasil positif dari negosiasi perdagangan kedua negara menjadi faktor kunci.

Pertemuan Tingkat Tinggi AS-China: Harapan Kesepakatan Perdagangan

Pertemuan antara Wakil Perdana Menteri China, He Lifeng, dan Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, menciptakan sentimen positif di pasar. Pertemuan ini menjadi awal dari mekanisme konsultasi ekonomi dan perdagangan AS-China.

Pertemuan yang berlangsung selama dua hari tersebut dinilai berjalan konstruktif. Kedua pihak disebut telah sepakat pada kerangka kerja implementasi kesepakatan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping.

Faktor Penguatan Dolar AS dan Antisipasi Inflasi

Selain sentimen positif dari negosiasi perdagangan, penguatan dolar AS juga dipengaruhi oleh antisipasi kenaikan inflasi di AS. Inflasi AS diprediksi naik 0,2 persen secara year on year (yoy) di bulan Mei, dari 2,3 persen menjadi 2,5 persen.

Kenaikan inflasi tersebut memberikan tekanan terhadap nilai tukar rupiah. Ekspektasi kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed) sebagai respons terhadap inflasi juga turut berkontribusi.

Proyeksi Nilai Tukar Rupiah dan Perkembangan Terkini

Dengan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut, Lukman Leong memproyeksikan nilai tukar rupiah akan berada di kisaran Rp16.200 hingga Rp16.300 per dolar AS. Rentang tersebut mencerminkan dinamika pasar yang dipengaruhi oleh berbagai faktor makro ekonomi.

Pada pembukaan perdagangan Rabu pagi, rupiah justru menguat tipis sebesar 3 poin atau 0,02 persen, menguat menjadi Rp16.272 per dolar AS dari posisi sebelumnya Rp16.275 per dolar AS.

Penguatan singkat ini kemungkinan hanya sementara dan tidak mengubah proyeksi pelemahan rupiah secara keseluruhan dalam jangka pendek. Perkembangan negosiasi AS-China serta data ekonomi AS selanjutnya akan menjadi penentu arah pergerakan rupiah.

Implikasi bagi Investor dan Bisnis

Pergerakan nilai tukar rupiah yang fluktuatif membutuhkan kewaspadaan bagi investor dan pelaku bisnis. Pengelolaan risiko valuta asing menjadi sangat krusial dalam situasi seperti ini.

Hedging atau lindung nilai menjadi strategi yang penting untuk mengurangi dampak negatif fluktuasi kurs terhadap kinerja investasi dan bisnis. Pemantauan perkembangan ekonomi global dan kebijakan moneter juga sangat direkomendasikan.

Kesimpulannya, meskipun terdapat sentimen positif dari perundingan AS-China, potensi pelemahan rupiah tetap ada. Kenaikan inflasi AS dan antisipasi kenaikan suku bunga The Fed menjadi faktor penentu utama. Investor dan pelaku bisnis perlu mewaspadai fluktuasi kurs dan mengelola risiko dengan bijak.

Ke depannya, perkembangan negosiasi perdagangan AS-China dan data ekonomi AS akan menjadi faktor penentu utama pergerakan nilai tukar rupiah. Pemantauan yang ketat terhadap perkembangan tersebut sangat penting bagi para pelaku pasar.

Also Read

Tags

Topreneur