Bayi yang baru lahir rentan terhadap berbagai masalah kesehatan, termasuk gangguan pendengaran. Gangguan ini, salah satu cacat lahir paling umum, dapat berdampak signifikan pada perkembangan bicara, bahasa, dan kemampuan belajar anak di kemudian hari. Oleh karena itu, skrining pendengaran sejak dini sangat krusial untuk mendeteksi dan memberikan intervensi sedini mungkin. Deteksi dini memberikan kesempatan terbaik bagi bayi untuk tumbuh kembang secara optimal.
Skrining pendengaran yang dilakukan di rumah sakit merupakan langkah penting dalam memastikan kesehatan pendengaran bayi. Keberhasilan intervensi sangat bergantung pada deteksi dini, sebelum usia 6 bulan.
1. Pentingnya Skrining Pendengaran pada Bayi Baru Lahir
Skrining pendengaran bayi baru lahir wajib dilakukan karena beberapa alasan penting. Pertama, gangguan pendengaran pada bayi seringkali sulit dideteksi secara dini. Kedua, enam bulan pertama kehidupan merupakan periode kritis perkembangan pendengaran dan bicara. Intervensi sebelum usia ini terbukti sangat efektif. Bayi yang terdeteksi gangguan pendengarannya sebelum usia 6 bulan, memiliki peluang lebih besar untuk memiliki kemampuan bahasa normal pada usia 3 tahun dibanding yang terlambat terdeteksi.
Terdapat beberapa faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan gangguan pendengaran pada bayi. Riwayat keluarga dengan gangguan pendengaran, kelainan bentuk telinga, infeksi janin (toksoplasmosis, rubella, sitomegalovirus, herpes), sindrom tertentu seperti sindrom Down, berat lahir rendah (<1.500 gram), nilai Apgar rendah, perawatan di NICU, dan penggunaan obat-obatan tertentu termasuk di dalamnya. Namun, penting dicatat bahwa sekitar 50% bayi dengan gangguan pendengaran tidak memiliki faktor risiko ini. Oleh karena itu, skrining disarankan untuk semua bayi. Skrining pendengaran bayi hanya mendeteksi respons terhadap rangsangan suara, bukan mengukur tingkat keparahan atau jenis gangguan pendengaran. Alat yang direkomendasikan adalah otoacoustic emissions (OAE) atau automated auditory brainstem response (AABR).
2. Metode Skrining Pendengaran Bayi Baru Lahir
Dua metode utama digunakan untuk skrining pendengaran bayi: OAE dan AABR. Kedua metode ini tidak menimbulkan rasa sakit dan umumnya dilakukan saat bayi masih tenang, bahkan seringkali bayi tertidur selama pemeriksaan.
Otoacoustic Emissions (OAE)
OAE mengukur respons dari koklea (bagian dalam telinga). Sebuah earbud kecil dengan mikrofon dan earphone akan ditempatkan di telinga bayi. Suara diputar, dan gema yang dipantulkan diukur. Ketiadaan atau berkurangnya gema mengindikasikan potensi gangguan pendengaran.
Automated Auditory Brainstem Response (AABR)
AABR mengukur respons dari koklea dan batang otak pendengaran. Elektroda stiker dilekatkan di kepala bayi, dan earphone kecil ditempatkan di telinga. Suara diputar, dan elektroda mendeteksi respons. Ketiadaan respons menandakan potensi gangguan pendengaran.
Hasil skrining dinyatakan “pass” jika bayi merespon normal. Hasil “refer”, “fail”, atau “did not pass” mengindikasikan perlunya pemeriksaan lebih lanjut.
3. Dampak Gangguan Pendengaran pada Anak dan Langkah Selanjutnya
Gangguan pendengaran yang tidak terdeteksi dapat menyebabkan berbagai masalah pada anak. Anak mungkin mengalami kesulitan memahami pembicaraan, keterlambatan perkembangan bicara dan bahasa, kesulitan belajar, perasaan negatif terhadap diri sendiri, kesulitan bersosialisasi, dan masalah dalam hubungan keluarga.
Jika bayi tidak lulus skrining, beberapa hal mungkin menjadi penyebabnya, termasuk vernix di saluran telinga, cairan di telinga tengah, atau gerakan/tangisan bayi selama pemeriksaan. Namun, kemungkinan gangguan pendengaran juga harus dipertimbangkan. Bayi yang tidak lulus skrining akan dirujuk ke audiolog untuk evaluasi lebih lanjut. Audiolog akan melakukan tes lengkap untuk menentukan ada atau tidaknya gangguan pendengaran, tingkat keparahan, dan jenisnya.
Skrining pendengaran bayi baru lahir merupakan langkah penting dalam memastikan perkembangan bahasa dan bicara anak. Deteksi dini dan intervensi yang tepat dapat membantu bayi mencapai potensi penuhnya. Diagnosis dini merupakan kunci keberhasilan intervensi dan perkembangan optimal anak. Dengan demikian, penting bagi setiap orang tua untuk memastikan bayi mereka menjalani skrining pendengaran sesuai rekomendasi medis.