Sopir taksi online seringkali menjadi garda terdepan dalam melayani mobilitas masyarakat. Namun, kasus yang melibatkan M. Haris alias Wisnu (32), seorang sopir taksi online asal Ponorogo, mengungkap sisi gelap profesi ini. Wisnu diduga melakukan pemerasan terhadap penumpangnya dengan ancaman penyebaran foto dan video pribadi korban. Peristiwa ini menjadi pengingat pentingnya keamanan dan kepercayaan dalam layanan transportasi online.
Kasus ini bermula dari layanan taksi online yang digunakan korban dan ibunya sepulang dari rumah sakit di Ponorogo. Kejadian ini kemudian berlanjut pada tindakan pemerasan yang dilakukan oleh Wisnu beberapa bulan kemudian.
Modus Operandi Pemerasan Berkedok Hacker
Setelah memberikan layanan taksi online, Wisnu menawarkan jasanya secara offline kepada korban. Korban pun bersedia dan bertukar nomor telepon dengan pelaku.
Beberapa bulan kemudian, komunikasi berlanjut melalui WhatsApp. Kemudian, pada Jumat, 11 April 2025, Wisnu menghubungi korban mengaku sebagai peretas atau hacker.
Dalam ancamannya, Wisnu menuduh korban sebagai selingkuhan temannya. Ia mengancam akan menyebarkan foto dan video korban jika tidak diberikan sejumlah uang.
Uang Tebusan dan Penangkapan Pelaku
Wisnu menuntut uang tebusan sebesar Rp 5 juta. Karena ketakutan, korban akhirnya mentransfer uang sebesar Rp 4 juta kepada pelaku.
Polisi dari Polsek Waru, di bawah pimpinan Kompol M. Amin, segera melakukan penyelidikan. Pelaku berhasil ditangkap pada Kamis, 1 Mei 2025, sekitar pukul 11.40 WIB di rumahnya di Perum Bumi Citra Praja, Desa Beduri, Ponorogo.
Penangkapan dilakukan setelah korban melaporkan kasus pemerasan yang dialaminya kepada pihak berwajib. Proses penyelidikan dan penangkapan dipimpin langsung oleh Kompol M. Amin.
Konsekuensi Hukum dan Imbauan Keamanan
Kasus ini kemudian diserahkan ke Satreskrim Polresta Sidoarjo untuk penyelidikan lebih lanjut. Pihak kepolisian tidak menutup kemungkinan adanya korban lain.
Kejadian ini menjadi pelajaran berharga bagi pengguna jasa transportasi online. Penting untuk selalu waspada dan berhati-hati dalam berinteraksi dengan pengemudi, serta menyimpan bukti transaksi dan komunikasi.
Polisi mengimbau masyarakat untuk segera melapor jika mengalami kejadian serupa. Kerjasama antara pengguna dan pihak berwenang sangat penting untuk mencegah tindakan kriminal serupa.
Kasus ini juga menjadi sorotan bagi perusahaan penyedia jasa taksi online. Diharapkan adanya peningkatan sistem verifikasi dan pelatihan bagi para pengemudi untuk mencegah kejadian serupa di masa mendatang. Pentingnya mekanisme pelaporan yang mudah dan efektif bagi pengguna juga perlu diperhatikan.
Dengan terungkapnya kasus ini, diharapkan dapat memberikan rasa aman dan keadilan bagi korban dan mencegah kejadian serupa menimpa orang lain. Pentingnya kewaspadaan dan transparansi dalam penggunaan layanan transportasi online menjadi kunci utama dalam menjaga keamanan dan kepercayaan pengguna.
Semoga kasus ini menjadi pembelajaran bagi semua pihak agar lebih berhati-hati dan selalu mengutamakan keselamatan serta keamanan dalam menggunakan layanan transportasi online.