Penyelenggaraan IFSC Climbing World Cup Bali 2025 di Peninsula Island, Nusa Dua, menorehkan sejarah baru bagi Indonesia. Untuk pertama kalinya, ajang bergengsi panjat tebing dunia ini digelar di Tanah Air. Keberhasilan acara ini tak lepas dari peran penting berbagai pihak, termasuk sosok Robertus Robet, seorang sosiolog, akademisi, dan aktivis HAM yang berperan sebagai Event Director.
Perjalanan Robertus Robet dari dunia advokasi dan akademis menuju industri olahraga internasional mencerminkan komitmennya dalam membangun ruang publik yang sehat dan berdaya. Ia melihat olahraga sebagai perekat sosial, sebuah nilai yang ingin dirayakan di Bali.
Sosok di Balik Kesuksesan IFSC Climbing World Cup Bali 2025
Robertus Robet, sosiolog dari Universitas Indonesia, berperan krusial sebagai Event Director IFSC Climbing World Cup Bali 2025. Ia berhasil mengintegrasikan standar internasional IFSC dengan kearifan lokal Bali dan prinsip keberlanjutan lingkungan.
Baginya, ajang ini bukan sekadar kompetisi, melainkan juga wahana promosi budaya, pariwisata, dan diplomasi olahraga Indonesia di kancah internasional. Keberhasilan ini membuktikan bahwa pengabdian kepada bangsa dapat dilakukan dari berbagai platform.
Integrasi Kearifan Lokal dan Standar Internasional
Salah satu kunci sukses penyelenggaraan IFSC Climbing World Cup Bali 2025 adalah integrasi harmonis antara standar internasional IFSC dengan nilai-nilai kearifan lokal Bali. Robet berhasil menyatukan kedua elemen tersebut dalam satu kesatuan yang utuh dan bermakna.
Komitmen terhadap keberlanjutan lingkungan juga menjadi sorotan penting. Penyelenggaraan acara ini dirancang agar ramah lingkungan, sejalan dengan upaya pelestarian alam Bali yang indah.
Kolaborasi Lintas Disiplin Menuju Sukses
Keberhasilan IFSC Climbing World Cup Bali 2025 juga merupakan buah dari kolaborasi lintas disiplin yang solid. Akademisi, aktivis, kreator, dan penggiat olahraga bekerja sama menciptakan sebuah event internasional yang profesional dan bermakna.
Peran Irjen Herry Heryawan sebagai Ketua Organizing Committee (OC) juga tak dapat diabaikan. Visi sinergisnya dalam keamanan, pariwisata, dan promosi Indonesia sangat penting dalam memastikan kelancaran acara.
Komitmen Irjen Herry dalam menjadikan IFSC World Cup Bali 2025 sebagai etalase profesionalisme aparat dalam mendukung sport tourism nasional juga patut diapresiasi.
Partisipasi Peserta Internasional
Sebanyak 241 peserta dari 32 negara turut berpartisipasi dalam IFSC Climbing World Cup Bali 2025. Negara-negara peserta berasal dari berbagai benua, termasuk Inggris, Jepang, Italia, Amerika Serikat, dan China.
Indonesia sendiri mengirimkan 30 atlet, dua di antaranya berasal dari Bali. Kontingen Indonesia berhasil meraih dua medali perunggu di kategori speed, yang diraih Kadek Adi Asih (Bali) dan Kiromal Katibin (Jawa Tengah).
IFSC Climbing World Cup Bali 2025 menjadi bukti nyata bahwa Indonesia mampu menyelenggarakan event olahraga internasional kelas dunia. Lebih dari itu, keberhasilan ini menunjukkan kapasitas Indonesia sebagai negara yang inklusif, progresif, dan profesional dalam menyelenggarakan event berskala global. Kolaborasi yang harmonis antara berbagai pihak, dari kalangan akademisi hingga aparat keamanan, menjadi kunci keberhasilan yang patut ditiru.
Penyelenggaraan ini bukan hanya sekadar kompetisi, melainkan juga momentum untuk memperkuat citra Indonesia di mata dunia, memperkenalkan kekayaan budaya, dan mempromosikan pariwisata secara berkelanjutan. Semoga keberhasilan ini menjadi inspirasi bagi penyelenggaraan event-event internasional lainnya di Indonesia.