Pelatih Timnas Italia, Luciano Spalletti, secara mengejutkan mengakhiri masa jabatannya hanya beberapa bulan setelah ditunjuk. Pengumuman pemecatannya datang hanya beberapa jam setelah Presiden Federasi Sepak Bola Italia (FIGC), Gabriele Gravina, memberikan dukungan penuh kepadanya. Keputusan ini diambil setelah kekalahan telak 0-3 dari Norwegia di laga kualifikasi Piala Dunia 2026. Pertandingan melawan Moldova pada 9 Juni mendatang akan menjadi penampilan terakhir Spalletti sebagai pelatih *Gli Azzurri*.
Pemecatan Spalletti: Antara Dukungan dan Perpisahan Mendadak
Spalletti mengaku telah diberitahu oleh Presiden FIGC pada Sabtu bahwa ia akan dipecat. Ia menyatakan kekecewaannya, menyatakan niatnya untuk bertahan dan menyelesaikan tugasnya, terutama di tengah kondisi yang sulit. Namun, ia menerima keputusan tersebut, menganggap peran sebagai pelatih tim nasional sebagai bentuk pengabdian dan ingin mempermudah transisi kepemimpinan.
Spalletti ditunjuk sebagai pelatih Timnas Italia pada Agustus 2023, menggantikan Roberto Mancini. Selama masa kepemimpinannya, ia menorehkan rekor 11 kemenangan, 6 hasil imbang, dan 6 kekalahan. Kontroversi muncul karena pemecatannya yang mendadak, terutama mengingat pernyataan dukungan yang baru-baru ini dilontarkan oleh Presiden Gravina.
Kontroversi Pernyataan Presiden FIGC
Presiden Gravina sebelumnya memberikan pembelaan yang kuat kepada Spalletti, menyebutnya sebagai sosok luar biasa dan menolak kritik yang dilayangkan kepadanya. Ia bahkan menegaskan kepercayaannya pada proyek yang dibangun Spalletti. Namun, kekalahan dari Norwegia tampaknya menjadi titik balik. Meskipun sempat memberi sinyal bahwa Spalletti akan tetap memimpin proses pemulihan tim, Gravina akhirnya memutuskan untuk memecatnya.
Meskipun Gravina menekankan pentingnya menghadapi masa sulit dengan kepala tegak dan bangkit kembali, keputusan pemecatan Spalletti menimbulkan pertanyaan tentang konsistensi kepemimpinan FIGC. Sikap yang berubah drastis dalam waktu singkat menimbulkan spekulasi mengenai faktor-faktor lain di balik pemecatan ini.
Kandidat Pengganti dan Tantangan ke Depan
Dua nama mencuat sebagai kandidat pengganti Spalletti, yaitu Claudio Ranieri dan Stefano Pioli. Ranieri, pelatih AS Roma, dikenal karena suksesnya membawa Leicester City meraih gelar Liga Inggris pada 2016. Sementara Pioli, pelatih Al-Nassr, sebelumnya sukses membawa AC Milan meraih gelar Liga Italia pada 2022. Kedua pelatih memiliki reputasi dan pengalaman yang mumpuni, namun tantangan untuk membawa Timnas Italia kembali ke jalur kemenangan tetap berat.
Pencarian pelatih baru akan menjadi fokus utama FIGC. Mereka harus memilih sosok yang mampu menyatukan tim dan membawa *Gli Azzurri* kembali ke jalur prestasi. Proses seleksi diharapkan berlangsung cepat dan transparan, mengingat pentingnya kualifikasi Piala Dunia 2026 bagi sepak bola Italia.
Kepergian Spalletti meninggalkan pertanyaan besar bagi masa depan tim nasional Italia. Kegagalan di laga kualifikasi Piala Dunia 2026 dan kontroversi seputar pemecatannya menjadi catatan penting yang harus dievaluasi oleh federasi untuk memastikan kestabilan dan kesuksesan tim di masa depan. Tantangan besar kini menunggu kandidat pengganti untuk memimpin tim menuju babak kualifikasi selanjutnya.