Topreneur – Stellantis, raksasa otomotif dunia, siap meniru strategi produsen mobil listrik China untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat. CEO Carlos Tavares, yang sebelumnya mengkritik strategi berbiaya rendah China sebagai anti-kompetitif, kini mengakui bahwa pendekatan tersebut mungkin menjadi kunci untuk bertahan dalam perang harga mobil listrik.
Tavares melihat tarif perdagangan sebagai "jebakan" yang merugikan produsen mobil lama, karena tarif tersebut melindungi mereka dari persaingan dengan China, yang saat ini memproduksi sekitar sepertiga kendaraan listrik dunia. "Cara terbaik untuk berkompetisi adalah dengan ‘mencoba menjadi orang China’," ujar Tavares dalam konferensi Reuters Events di Munich pada bulan Mei lalu.
Keyakinan ini mendorong Stellantis untuk mengakuisisi 21 persen saham Leapmotor, produsen kendaraan listrik asal China, pada bulan Oktober tahun lalu. Langkah ini melahirkan usaha patungan yang memberikan Stellantis akses terhadap teknologi Leapmotor dan hak eksklusif untuk memproduksi kendaraan listriknya di luar China.
Tantangan yang dihadapi Stellantis di Uni Eropa dan Amerika Serikat tidak berbeda dengan tantangan yang dihadapi semua produsen mobil dalam menghadapi dominasi China di pasar global. Namun, Stellantis dan beberapa perusahaan lain telah mengambil langkah lebih jauh dengan menjalin kemitraan dengan produsen mobil China untuk tetap kompetitif.
Stellantis kini memproduksi Leapmotor EV di pabrik Tychy di Polandia, bersama model dari merek terkenal seperti Fiat, Jeep, dan Alfa Romeo. Tavares bahkan menyatakan bahwa Stellantis dapat memproduksi Leapmotor EV di Amerika Utara.
Langkah berani Stellantis ini menunjukkan bahwa persaingan di industri otomotif global semakin sengit. Strategi berbiaya rendah yang diadopsi oleh produsen mobil China telah menjadi ancaman serius bagi pemain lama. Untuk bertahan, perusahaan-perusahaan seperti Stellantis harus beradaptasi dan mencari cara baru untuk bersaing, termasuk meniru strategi yang selama ini mereka kritik.