Surabaya, kota pahlawan, kembali menjadi pusat perhatian nasional. Kali ini, bukan karena peristiwa heroik, melainkan karena inovasi Wali Kota Eri Cahyadi, atau Cak Eri, dalam menangani anak-anak bermasalah. Program transformatif yang digagasnya menawarkan pendekatan humanis yang berfokus pada pembinaan karakter, bukan sekadar hukuman. Inisiatif ini menjanjikan masa depan cerah bagi anak-anak Surabaya yang membutuhkan bimbingan dan kesempatan kedua.
Program ini merupakan langkah berani yang menggeser paradigma penanganan kenakalan remaja. Alih-alih hukuman, Cak Eri memilih pendekatan yang lebih empatik dan berfokus pada pemulihan.
Kampung Anak Negeri dan Bibit Unggul Bangsa: Sebuah Pendekatan Humanis
Program Kampung Anak Negeri (Kanri) dan Satu Gamis Satu Sarjana (1 Gamis 1 Sarjana) menjadi ujung tombak transformasi ini. Kedua program ini secara khusus menargetkan anak-anak yang pernah terlibat dalam kenakalan remaja, seperti mengamen, penyalahgunaan lem, atau perkelahian.
Pemerintah Kota Surabaya berkomitmen untuk membina karakter anak-anak ini. Pendekatan yang digunakan bukan hanya menekankan efek jera, melainkan lebih pada upaya perubahan perilaku dan pembentukan masa depan yang lebih baik.
Asrama Bibit Unggul: Rumah Kedua dan Jaminan Pendidikan
Konsep pembinaan diperkuat dengan pendirian Asrama Bibit Unggul. Asrama ini menyediakan tempat tinggal bagi anak-anak yang mengikuti program, dengan kapasitas hingga 400 siswa SMP dan SMA.
Pemkot Surabaya menanggung seluruh biaya hidup dan pendidikan para penghuni asrama, terutama bagi mereka yang berasal dari keluarga dengan penghasilan di bawah Rp4 juta. Privasi peserta juga dijamin.
Sistem Pembinaan di Asrama
Sistem pembinaan di asrama menekankan pada pembentukan karakter jangka panjang. Anak-anak diajarkan nilai-nilai positif dan keterampilan hidup yang dibutuhkan untuk masa depan mereka.
Para siswa juga diwajibkan mengikuti kegiatan belajar dan pengembangan diri. Mereka diharapkan pulang ke asrama sebelum pukul 22.00 dan berpartisipasi aktif dalam seluruh kegiatan pembinaan.
Dukungan Terpadu untuk Keluarga: Kolaborasi untuk Masa Depan yang Lebih Baik
Pemerintah Kota Surabaya tidak hanya fokus pada anak-anak, tetapi juga pada keluarga mereka. Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (DP3A-PPKB) berperan penting dalam memberikan dukungan dan pembinaan kepada keluarga.
DP3A-PPKB memberikan berbagai bantuan, seperti program Padat Karya dan bantuan pendidikan. Tujuannya adalah untuk menciptakan ekosistem yang mendukung tumbuh kembang anak secara optimal.
Program Pendampingan Keluarga
Program pendampingan keluarga ini meliputi konseling, pelatihan keterampilan, dan bantuan ekonomi. Tujuannya adalah untuk memberdayakan keluarga dan mencegah anak-anak kembali terlibat dalam kenakalan remaja.
Melalui kolaborasi yang kuat antara pemerintah, masyarakat, dan keluarga, diharapkan program ini dapat menciptakan perubahan yang signifikan dalam kehidupan anak-anak.
Inisiatif Wali Kota Eri Cahyadi ini menunjukkan komitmen yang kuat untuk membangun Sumber Daya Manusia (SDM) unggul dari akar rumput. Dengan pendekatan yang humanis dan solutif, Surabaya berpotensi menjadi model bagi kota-kota lain dalam menangani permasalahan anak-anak bermasalah dan menciptakan generasi emas Indonesia. Suksesnya program ini akan sangat bergantung pada keberlanjutan dan evaluasi yang komprehensif, memastikan bahwa setiap anak memiliki kesempatan untuk meraih potensi terbaik mereka.