Wuhan, Topreneur – Kehadiran taksi robot yang mampu berjalan secara otonom di China tengah memicu kekhawatiran di kalangan pengemudi taksi konvensional dan online. Para sopir merasa terancam kehilangan pekerjaan karena robotaxi mulai merambah jalanan dan menyaingi bisnis mereka.
Liu Yi, seorang pengemudi taksi online berusia 36 tahun asal Wuhan, merasakan langsung dampaknya. Ia yang awalnya menjadi pengemudi paruh waktu sejak 2024 karena pekerjaan konstruksinya terdampak, kini khawatir dengan kehadiran robotaxi.
"Semua orang akan kelaparan," ujar Liu, merujuk pada para pengemudi di Wuhan yang bersaing dengan robotaxi dari Apollo Go, anak perusahaan raksasa teknologi Baidu.
Kehadiran robotaxi di China memang semakin masif. Pemerintah China bahkan menargetkan 100 kota di negeri tirai bambu itu akan dilayani oleh taksi otonom pada tahun 2030.
Pengemudi taksi online dan konvensional menjadi salah satu profesi pertama yang terancam kehilangan pekerjaan akibat kemajuan teknologi kecerdasan buatan.
Meskipun teknologi self-driving masih dalam tahap eksperimental, China telah bergerak agresif dalam memberikan lampu hijau untuk uji coba. Hal ini berbeda dengan Amerika Serikat, di mana perkembangan taksi otonom terhambat karena adanya investigasi terkait kecelakaan.
Kementerian Perindustrian dan Teknologi Informasi China hingga saat ini belum memberikan komentar terkait isu ini.