Teheran Ajukan Syarat Baru, Negosiasi Nuklir AS Terancam?

Redaksi

Teheran Ajukan Syarat Baru, Negosiasi Nuklir AS Terancam?
Sumber: CNNIndonesia.com

Ketegangan antara Iran dan Israel terus meningkat, memicu penolakan Iran untuk melanjutkan perundingan nuklir dengan Amerika Serikat. Menlu Iran, Abbas Araghchi, menegaskan negosiasi tak akan dilakukan selama agresi Israel berlanjut. Eskalasi konflik ini semakin mengkhawatirkan dunia, sementara upaya internasional untuk meredakannya tampak kurang efektif.

Pernyataan Araghchi disampaikan di tengah meningkatnya serangan militer Israel ke Iran. Serangan-serangan ini menyasar berbagai target militer, termasuk fasilitas produksi rudal dan situs penelitian yang diduga terkait pengembangan senjata nuklir. Israel berdalih serangan ini dilakukan untuk mencegah Iran memiliki senjata nuklir.

Sebagai respon, Iran membalas dengan serangan rudal ke wilayah Israel, termasuk kota Haifa dan Beersheba. Serangan-serangan balasan ini juga menyasar titik-titik strategis, termasuk wilayah dekat Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Bushehr, memicu kekhawatiran internasional akan potensi bencana nuklir.

Posisi Amerika Serikat yang Ambigu

Presiden Amerika Serikat saat itu, Donald Trump, meragukan efektivitas mediasi Eropa dan menyatakan Iran hanya ingin bernegosiasi langsung dengan AS. Ia juga menolak menekan Israel untuk menghentikan serangan militernya. “Iran tidak ingin bicara dengan Eropa. Mereka ingin bicara langsung dengan kami,” tegas Trump.

Trump mengakui kesulitan meminta Israel menghentikan serangan, dengan mengatakan, “Sulit membuat permintaan itu ketika pihak yang dimaksud sedang unggul.” Meskipun memantau situasi, AS saat itu cenderung membiarkan Israel melanjutkan operasi militernya. Keputusan mengenai intervensi langsung akan diputuskan dalam dua minggu, namun sikap AS cenderung pasif.

Kekhawatiran Internasional dan Seruan Deeskalasi

Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Rafael Grossi, memperingatkan bahaya serangan ke fasilitas nuklir. “Serangan bersenjata terhadap fasilitas nuklir dapat menyebabkan pelepasan radioaktif dengan konsekuensi besar bagi wilayah yang lebih luas,” ujarnya dalam rapat Dewan Keamanan PBB.

Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, menyerukan semua pihak untuk menahan diri, memperingatkan potensi konflik yang tak terkendali. Rusia dan China juga turut mendesak deeskalasi, namun seruan-seruan ini belum membuahkan hasil yang signifikan.

Korban Jiwa dan Kebuntuan Diplomasi

Data dari Human Rights Activists News Agency (HRANA) menyebutkan sedikitnya 639 orang tewas di Iran akibat serangan Israel. Di pihak Israel, otoritas setempat melaporkan 24 warga sipil tewas akibat serangan rudal Iran. Angka-angka ini belum terverifikasi secara independen.

Upaya diplomasi Eropa juga menemui jalan buntu. Iran menolak proposal pembatasan program nuklir yang melarang pengayaan uranium sepenuhnya, terutama di tengah serangan yang sedang berlangsung. Seorang pejabat senior Iran menegaskan penolakan ini.

Situasi ini menunjukkan betapa rumit dan rawannya konflik antara Iran dan Israel. Ketidakmampuan komunitas internasional untuk mencapai solusi damai meningkatkan risiko eskalasi yang lebih besar dan konsekuensi yang lebih parah bagi kawasan dan dunia secara keseluruhan. Peran diplomasi dan upaya menahan diri dari semua pihak sangat krusial untuk mencegah terjadinya bencana kemanusiaan.

Konflik ini juga menyoroti pentingnya dialog dan negosiasi dalam menyelesaikan perselisihan internasional. Solusi militer tampaknya hanya akan memperburuk situasi dan meningkatkan jumlah korban jiwa. Oleh karena itu, diperlukan komitmen kuat dari semua pihak yang terlibat untuk mencari jalan damai dan menyelesaikan masalah melalui jalur diplomatik.

Also Read

Tags

Topreneur