Banjir bandang menerjang situs warisan dunia Petra di Yordania pada Minggu, 4 Mei 2025. Tragedi ini mengakibatkan korban jiwa, termasuk seorang ibu dan anaknya asal Belgia. Peristiwa ini menyoroti kerentanan situs bersejarah tersebut terhadap cuaca ekstrem dan dampak perubahan iklim.
Sebanyak 18 wisatawan, termasuk keluarga asal Belgia, tengah melakukan perjalanan petualangan di Wadi al-Nakhil ketika banjir bandang tiba-tiba menerjang. Air bah yang deras memutus akses keluar dan mengakibatkan kepanikan.
Evakuasi dan Pencarian Korban
Keempat belas wisatawan asal Ceko berhasil diselamatkan pada hari kejadian. Namun, operasi penyelamatan sempat dihentikan sementara karena kondisi cuaca yang ekstrem dan medan yang sulit.
Dua anak dari keluarga Belgia ditemukan selamat pada malam harinya. Pencarian dilanjutkan keesokan paginya, dan sayangnya, jasad sang ibu dan salah satu anaknya ditemukan.
Gubernur Ma’an, Hassan al-Jabour, mengkonfirmasi insiden ini dan menyebutkan total 1.800 wisatawan dievakuasi dari situs Petra.
Dampak Cuaca Ekstrem dan Perubahan Iklim
Hujan deras akibat tekanan rendah yang kuat menyebabkan lembah-lembah di sekitar Petra berubah menjadi aliran sungai yang deras. Video yang beredar di media sosial memperlihatkan kepanikan wisatawan yang berusaha menyelamatkan diri.
Tim penyelamat juga mengevakuasi warga dari rumah-rumah di daerah dataran rendah. Beberapa kendaraan terendam dan terjebak di jalan-jalan yang tergenang air.
Petra Development and Tourism Region Authority (PDTRA) telah mengeluarkan peringatan bahaya sebelum banjir dan meminta masyarakat menjauhi lembah hingga kondisi aman. Sekolah-sekolah di wilayah terdampak juga ditutup.
Kejadian ini menyoroti kerentanan Petra terhadap banjir bandang. Meskipun bukan kali pertama, meningkatnya jumlah wisatawan yang berkunjung saat cuaca ekstrem meningkatkan risiko keselamatan.
Para ahli mengaitkan meningkatnya intensitas cuaca ekstrem di Timur Tengah, termasuk Yordania, dengan perubahan iklim. UNESCO telah menunjuk Yordania sebagai salah satu ‘titik nol’ krisis iklim global.
Sejarah Banjir di Petra dan Langkah Pencegahan
Banjir bandang bukanlah hal baru di Petra. Pada tahun 2021, setidaknya tiga orang tewas akibat banjir yang menyeret mobil wisatawan. Pada tahun 2018, lebih dari 30 orang tewas dalam dua insiden banjir terpisah di Petra dan pantai Laut Mati.
Situs Petra, yang dibangun sekitar 2.300 tahun lalu, terletak di tebing-tebing batu pasir dan jurang yang rentan terhadap banjir bandang. Perencanaan dan manajemen risiko bencana yang lebih efektif diperlukan untuk mengurangi dampak dari peristiwa serupa di masa mendatang.
Setelah peristiwa ini, diharapkan akan ada evaluasi menyeluruh terhadap sistem peringatan dini, rencana evakuasi, dan manajemen wisata di Petra untuk meminimalisir korban jiwa dan kerusakan di masa depan. Penting untuk mempertimbangkan dampak perubahan iklim dalam merencanakan langkah-langkah pencegahan yang komprehensif.
Tragedi di Petra menjadi pengingat penting akan dampak perubahan iklim dan perlunya pengelolaan risiko bencana yang lebih baik di destinasi wisata yang rawan bencana. Semoga kejadian ini dapat menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak terkait untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan keselamatan wisatawan.