Vietnam tengah gencar menggarap pasar pariwisata halal. Langkah ini dilakukan sebagai respon terhadap tren global pariwisata muslim yang terus berkembang pesat dan berpotensi menghasilkan keuntungan ekonomi yang signifikan.
Berbagai strategi telah diterapkan untuk menarik minat wisatawan muslim. Salah satunya adalah pembentukan Otoritas Sertifikasi Halal Vietnam (HALCERT) pada tahun 2024 dan pengenalan standar nasional untuk produk dan layanan halal.
Upaya Vietnam Gaet Wisatawan Muslim
Pemerintah Vietnam menyadari pentingnya menyediakan infrastruktur dan layanan yang ramah muslim. Hal ini diungkapkan oleh Rektor Sekolah Tinggi Perdagangan dan Pariwisata Hanoi, Dr. Trinh Thi Thu Ha.
Dr. Ha menekankan bahwa kampanye promosi saja tidak cukup. Vietnam masih perlu meningkatkan fasilitas dan layanan yang disesuaikan dengan kebutuhan wisatawan muslim.
Standar Pariwisata Halal: Lebih dari Sekadar Sertifikasi
Ramlan Osman, direktur HALCERT, menjelaskan kriteria pariwisata ramah muslim yang lebih luas. Tidak hanya soal sertifikasi halal makanan, tetapi juga mencakup berbagai aspek lainnya.
Fasilitas ibadah seperti musala, layanan yang mengakomodasi bulan Ramadhan, hingga pemisahan area hiburan berdasarkan gender merupakan beberapa poin penting. Pilihan tur yang berorientasi keluarga juga sangat diperhatikan.
Khususnya soal makanan, Ramlan menekankan pentingnya kepatuhan terhadap standar halal. Makanan Vietnam memang lezat, tetapi jika tidak bersertifikat halal, maka wisatawan muslim tidak dapat menikmatinya.
Ramlan memandang pariwisata halal bukan sekadar tren, melainkan strategi pertumbuhan berkelanjutan. Memahami budaya wisatawan muslim menjadi kunci keberhasilan.
Dukungan dari Dubes Palestina dan Azerbaijan
Saadi Salama, Duta Besar Palestina untuk Vietnam, menyatakan pentingnya pemahaman budaya dalam menarik wisatawan muslim.
Hal sederhana seperti cara menyapa yang tepat dan pemilihan hadiah yang sesuai dapat membangun hubungan yang lebih baik. Ini penting untuk membangun rasa hormat dan kepercayaan.
Shovgi Kamal Oglu Mehdizade, Duta Besar Azerbaijan untuk Vietnam, menambahkan bahwa Islam bukan hanya agama, tetapi juga cara hidup bagi umat muslim.
Wisatawan muslim mengharapkan penghormatan, sambutan yang hangat, dan pemenuhan kebutuhan religius mereka seperti makanan halal dan tempat beribadah. Kepuasan akan hal ini memastikan pengalaman wisata yang menyenangkan.
Ekosistem Halal di Hanoi dan Target 2030
Hanoi tengah menyusun peta jalan (roadmap) untuk menjadi destinasi ramah muslim. Targetnya, pada tahun 2030, Hanoi memiliki ekosistem pariwisata halal yang komprehensif.
Langkah awal adalah dengan menunjuk zona ramah muslim di distrik-distrik pusat kota. Hanoi juga menargetkan minimal 10-20 hotel bersertifikat halal.
Selain itu, Hanoi berupaya agar 30% restoran di area pusat kota menyediakan makanan halal. Program pelatihan bagi pelaku bisnis pariwisata juga tengah digencarkan.
Kerjasama dengan organisasi internasional dan lembaga akademis dilakukan untuk membangun tenaga kerja yang kompeten dalam melayani wisatawan muslim.
Sekolah Tinggi Perdagangan dan Pariwisata Hanoi telah meluncurkan Pusat Pelatihan Halal. Lembaga ini menyediakan kursus halal dan mempromosikan kurikulum yang sesuai dengan standar nasional.
Sekolah tersebut juga menjalin kerjasama dengan mitra lokal dan internasional untuk memberikan pelatihan, mengembangkan produk dan layanan halal, serta mempromosikan pariwisata Vietnam kepada komunitas muslim global.
Potensi pasar pariwisata halal sangat besar. Dengan lebih dari 1,9 miliar umat muslim di dunia, nilai pasar globalnya diperkirakan mencapai USD 350 miliar pada tahun 2030. Vietnam bersiap untuk mengambil bagian dalam pertumbuhan ekonomi yang signifikan ini.
Kesuksesan Vietnam dalam menarik wisatawan muslim tidak hanya bergantung pada sertifikasi halal, namun juga pada pemahaman mendalam terhadap budaya dan kebutuhan spesifik komunitas muslim global. Komitmen untuk menciptakan pengalaman wisata yang bermakna dan mengutamakan kenyamanan akan menjadi kunci utama dalam meraih target pasar ini.