Topreneur – Pernahkah kamu berpikir bahwa statusmu sebagai kelas menengah bisa rapuh dan terancam jatuh ke kelas bawah? Sayangnya, hal ini bukan lagi mimpi buruk. Data menunjukkan bahwa jumlah kelas menengah di Indonesia semakin menipis, dan ada 5 faktor utama yang mendorong hal ini terjadi.
Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira, mengungkapkan bahwa penyebab utama penurunan kelas menengah adalah melemahnya industri manufaktur. Kinerja industri manufaktur di kuartal II-2024 mengalami tekanan, terutama di sektor padat karya.
"Deindustrialisasi prematur atau menurunnya porsi industri terhadap PDB juga berimbas ke PHK massal," ujar Bhima kepada Topreneur.
Faktor kedua adalah tingginya suku bunga perbankan yang membebani cicilan rumah, kendaraan bermotor, dan kredit konsumsi lainnya. Bank Indonesia (BI) masih mempertahankan BI Rate sebesar 6,25 persen, membuat beban cicilan semakin berat.
Ketiga, booming harga komoditas yang terjadi beberapa tahun lalu sudah berakhir. Hal ini membuat pekerja di sektor sawit, nikel, dan batu bara tidak lagi menikmati kenaikan pendapatan yang signifikan seperti tahun 2021.
Faktor keempat adalah inflasi yang tinggi, yang membuat daya beli masyarakat menurun. Harga kebutuhan pokok terus merangkak naik, sementara pendapatan tetap stagnan.
Terakhir, kesenjangan ekonomi yang semakin lebar juga menjadi penyebab kelas menengah terancam jatuh miskin. Ketimpangan pendapatan membuat akses terhadap pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan berkualitas semakin sulit bagi sebagian besar masyarakat.
Kondisi ini tentu menjadi alarm bagi kita semua. Jika tidak segera diatasi, ancaman jatuh miskin bagi kelas menengah akan semakin nyata. Pemerintah perlu mengambil langkah konkret untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan merata, mengurangi kesenjangan ekonomi, serta menciptakan lapangan kerja yang layak.