Diabetes: Lebih dari Sekadar Gula Pasir
Seringkali, kita hanya berfokus pada gula pasir sebagai penyebab utama diabetes. Padahal, kenyataannya jauh lebih kompleks. Banyak faktor lain yang meningkatkan risiko penyakit metabolik ini, melampaui konsumsi gula yang terlihat secara kasat mata. Memahami hal ini penting untuk upaya pencegahan yang efektif.
Dr. Nur Rahmah Oktariani, spesialis penyakit dalam dari RSUD Kepulauan Seribu, menjelaskan pentingnya pemahaman yang lebih luas tentang risiko diabetes. Bukan hanya gula tambahan yang ditambahkan secara sadar ke dalam makanan dan minuman yang perlu diwaspadai.
Gula Tersembunyi dalam Makanan Olahan
Banyak makanan dan minuman olahan mengandung gula tersembunyi. Kandungan gula ini seringkali tidak tercantum secara jelas pada label kemasan atau tidak disadari oleh konsumen.
Dr. Oktariani menekankan pentingnya memeriksa label nutrisi dengan cermat. Konsumsi produk olahan berbasis tepung dan karbohidrat olahan perlu diwaspadai karena seringkali mengandung gula tersembunyi dalam jumlah yang signifikan.
Proses Metabolisme Karbohidrat dan Dampaknya
Karbohidrat yang kita konsumsi sehari-hari, seperti nasi, kentang, dan produk berbahan dasar tepung, akan diubah menjadi gula dalam tubuh. Proses ini terjadi melalui metabolisme.
Kombinasi makanan pokok seperti nasi dengan sumber karbohidrat lain, misalnya bakso atau bihun, dapat meningkatkan kadar gula darah secara signifikan. Hal ini perlu diwaspadai karena dapat meningkatkan risiko diabetes.
Resistensi Insulin: Akibat Konsumsi Gula Berlebihan
Konsumsi rutin makanan tinggi karbohidrat sederhana dan gula tambahan memaksa pankreas bekerja keras memproduksi insulin. Hal ini dapat menyebabkan resistensi insulin.
Resistensi insulin terjadi ketika sel-sel tubuh kurang responsif terhadap insulin. Akibatnya, glukosa tidak dapat diproses dan disimpan secara efektif, menyebabkan peningkatan kadar gula darah.
Dampak Resistensi Insulin pada Organ Tubuh
Resistensi insulin berdampak negatif pada fungsi hati dan otot. Organ-organ ini berperan vital dalam mengolah glukosa dan menyimpannya sebagai cadangan energi.
Ketika resistensi insulin terjadi, kemampuan sel menyerap dan menyimpan glukosa terganggu. Pankreas pun semakin terbebani. Hal ini dapat memicu diabetes melitus.
Dr. Oktariani menjelaskan bahwa jika kondisi ini terus berlanjut, efektivitas insulin menurun, sel beta pankreas kelelahan, dan akhirnya menyebabkan diabetes melitus. Membatasi konsumsi gula, bukan berarti menghilangkannya sama sekali, tetapi mengendalikan jumlahnya.
Penting untuk meminimalisir konsumsi gula tambahan. Namun, perlu diingat bahwa bahaya diabetes tidak hanya berasal dari gula yang tampak langsung. Gula tersembunyi dalam karbohidrat olahan dan produk tepung juga merupakan faktor risiko penting.
Meningkatkan kesadaran akan gula tersembunyi merupakan langkah krusial dalam pencegahan diabetes. Pola makan masyarakat yang sering menggabungkan nasi dengan olahan tepung seperti gorengan, mie instan, atau roti, harus diubah.
Kebiasaan mengonsumsi makanan tinggi karbohidrat sederhana, terutama saat berbuka puasa setelah perut kosong, memberi tekanan pada pankreas. Ditambah konsumsi minuman kemasan tinggi gula, akan semakin memperburuk kondisi ini.
Kombinasi karbohidrat sederhana dan gula tambahan memaksa pankreas memproduksi insulin berlebihan. Jika berlanjut, risiko resistensi insulin dan diabetes melitus akan meningkat. Oleh karena itu, perubahan pola makan dan gaya hidup sangat penting dalam mencegah penyakit ini.
Mengubah kebiasaan makan dan gaya hidup menjadi kunci pencegahan diabetes. Kesadaran akan sumber gula tersembunyi dan dampaknya terhadap tubuh sangat penting. Dengan memahami hal ini, kita dapat mengambil langkah-langkah proaktif untuk menjaga kesehatan dan mencegah diabetes.