Kecelakaan lalu lintas yang melibatkan bus dan truk, khususnya akibat rem blong, kembali menorehkan duka di Indonesia. Dalam sepekan terakhir, dua peristiwa mengerikan terjadi, menelan banyak korban jiwa dan menimbulkan keprihatinan mendalam.
Peristiwa pertama terjadi di Sumatera Barat, sementara yang kedua di Purworejo, Jawa Tengah. Kedua kecelakaan ini menyoroti masalah serius dalam keselamatan transportasi darat di Indonesia.
Kecelakaan Bus ALS di Sumatera Barat: 12 Jiwa Melayang
Sebuah bus ALS (Antar Lintas Sumatera) mengalami kecelakaan tunggal di dekat Terminal Bukit Surungan, Kota Padang Panjang, Sumatera Barat, Selasa (6/5/2025).
Kecelakaan ini mengakibatkan 12 orang meninggal dunia. Dugaan sementara, kecelakaan disebabkan oleh rem blong.
Kasat Lantas Polres Padang Panjang, Iptu Jamaluddin, menyatakan bahwa bus tersebut datang dari arah Bukittinggi menuju Padang.
Saat mendekati simpang Terminal Busur, bus diduga mengalami rem blong dan terbalik.
Lebih mengejutkan lagi, Plt Dirjen Perhubungan Darat, Ahmad Yani, mengungkapkan bahwa bus ALS tersebut beroperasi tanpa izin resmi.
Masa uji berkala kendaraan tersebut baru akan habis pada 14 Mei 2025.
Truk Rem Blong Hantam Angkot di Purworejo: 11 Tewas
Pada Rabu (7/5/2025), kecelakaan maut lain terjadi di Jalan Purworejo-Magelang, Desa Kalijambe, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.
Sebuah truk, diduga mengalami rem blong, menabrak sebuah angkot yang sedang membawa penumpang.
Kecelakaan ini menewaskan 11 orang dan melukai 6 lainnya.
Para korban merupakan penumpang angkot yang tengah dalam perjalanan takziah dari Mendut, Magelang, ke Purworejo.
Kanit Gakkum Satlantas Polres Purworejo, Ipda Boby Pangestu, mengkonfirmasi jumlah korban meninggal dunia dan kondisi angkot yang hancur.
Pemerintah Diminta Serius Tangani Masalah Keselamatan Transportasi
Djoko Setijowarno, Wakil Ketua Pemberdayaan dan Pengembangan Wilayah Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat, menyoroti tingginya angka kecelakaan lalu lintas di Indonesia sebagai penyebab kematian tertinggi ketiga.
Ia mengkritik kurangnya keseriusan pemerintah dalam menangani masalah ini.
Data Korlantas Polri menunjukkan angka kecelakaan lalu lintas didominasi oleh kelompok usia pelajar/mahasiswa (6-25 tahun) dan usia produktif (25-55 tahun).
Djoko menekankan perlunya peningkatan anggaran untuk program keselamatan di Kementerian Perhubungan.
Menurutnya, anggaran keselamatan transportasi jangan dikurangi, bahkan perlu ditambah untuk menekan angka kecelakaan.
Ia juga mendesak Menteri Perhubungan untuk bertindak cepat dan menjadikan keselamatan transportasi sebagai prioritas nasional.
Djoko mengingatkan, keselamatan warga negara tidak boleh dipertaruhkan hanya demi efisiensi anggaran.
Kedua peristiwa kecelakaan ini menjadi tamparan keras bagi pemerintah dan semua pihak terkait untuk segera melakukan evaluasi menyeluruh terhadap sistem transportasi darat di Indonesia. Prioritas utama seharusnya adalah keselamatan nyawa manusia, dan hal itu harus diwujudkan dengan tindakan nyata dan komitmen yang kuat dari semua pihak. Harapannya, tragedi serupa tidak lagi terulang di masa mendatang.