Pesta meriah peringatan Hari Jadi ke-732 Kota Surabaya pada 31 Mei 2025 menyisakan catatan ironis. Di tengah gemerlap acara seremonial dan hiburan rakyat, sebuah fakta mengejutkan terungkap: makam dr. Radjamin Nasution, Wali Kota pertama Surabaya pasca kemerdekaan, terabaikan dan nyaris tak dikenali sebagai situs sejarah penting. Kondisi makam yang memprihatinkan ini menjadi sorotan dan mengungkap minimnya apresiasi terhadap sejarah kepemimpinan kota.
Kunjungan Forum Komunikasi Jurnalis Nahdliyin (FJN) bersama GP Ansor Surabaya ke TPU Rangkah, lokasi pemakaman dr. Radjamin Nasution, menguak permasalahan ini. Ketidakjelasan keberadaan makam tersebut menyoroti rendahnya literasi sejarah di kalangan masyarakat Surabaya.
Makam Terabaikan, Sejarah Terlupakan
Tidak adanya prasasti, penanda, atau informasi apapun di sekitar makam dr. Radjamin Nasution sungguh memprihatinkan. Hal ini menjadi bukti nyata betapa minimnya perhatian terhadap sejarah kepemimpinan kota.
Kondisi makam yang tak terawat ini bukan hanya masalah estetika. Lebih dari itu, ini merupakan kehilangan kesempatan berharga untuk mendidik generasi muda Surabaya akan sejarahnya sendiri. Wali Kota pertama merupakan tokoh kunci dalam perjalanan kota, namun sosoknya nyaris dilupakan.
Perlunya Revitalisasi Situs Sejarah
Ketua Umum FJN, Muhamad Didi Rosadi, menekankan pentingnya edukasi sejarah bagi warga Surabaya. Pemakaman tokoh sejarah seharusnya menjadi situs edukatif dan tempat penghormatan publik, seperti yang umum ditemukan di kota-kota besar lain.
Anak-anak sekolah yang melakukan kunjungan edukatif seharusnya dapat mempelajari sosok dr. Radjamin Nasution dan perannya dalam membangun Surabaya di masa awal kemerdekaan. Ini merupakan tanggung jawab pemerintah untuk melestarikan dan mempromosikan sejarah kota.
Usulan Penataan dan Penghormatan
Didi Rosadi mengusulkan beberapa langkah konkrit untuk mengatasi permasalahan ini. Pemerintah Kota Surabaya perlu menandai makam dr. Radjamin Nasution secara resmi.
Selain itu, pemberian nama jalan sebagai bentuk penghargaan atas jasanya juga perlu dipertimbangkan. Langkah-langkah sederhana ini dapat memberikan dampak besar bagi pendidikan sejarah warga Surabaya.
Menghidupkan Kembali Warisan Sejarah Surabaya
Masih banyak jalan di Surabaya yang belum diberi nama tokoh bersejarah. Mengapa tidak memanfaatkan kesempatan ini untuk mengenang jasa-jasa dr. Radjamin Nasution dan tokoh-tokoh penting lainnya?
Pemberian nama jalan bukan sekadar penamaan, melainkan bentuk penghormatan dan penguatan identitas kota. Ini juga menjadi sarana edukasi sejarah yang efektif bagi masyarakat.
Kesederhanaan yang Terlupakan
Dr. Radjamin Nasution dimakamkan di TPU Rangkah atas permintaan keluarganya, menolak pemakaman di Taman Makam Pahlawan. Hal ini menunjukkan kesederhanaan dan keteladanan beliau.
Namun, kesederhanaan tersebut tidak boleh menjadi alasan untuk mengabaikan peran dan sejarahnya. Pemerintah Kota Surabaya memiliki tanggung jawab moral untuk melestarikan warisan sejarah ini.
Pemerintah Kota Surabaya perlu secara serius membangun narasi sejarah kepemimpinan kota, tidak hanya lewat buku, namun juga melalui tempat-tempat nyata seperti makam dr. Radjamin Nasution. Langkah-langkah nyata ini akan memberikan kontribusi besar dalam memperkaya khazanah sejarah Surabaya serta menumbuhkan rasa bangga dan kecintaan warga terhadap kota mereka. Dengan demikian, peristiwa peringatan Hari Jadi Kota Surabaya tidak hanya sekadar perayaan semata, tetapi juga momentum untuk merefleksikan dan menghargai sejarah para pemimpin yang telah membangun kota ini.