Topreneur — Politisi senior PDIP, Panda Nababan, mengungkap makna di balik sebutan "Raja Jawa" yang belakangan ramai diperbincangkan. Menurutnya, istilah tersebut bukan pujian, melainkan sindiran atau ejekan.
"Mengucapkan raja Jawa itu bukan pujian, bukan rasa hormat. Lebih banyak kepada ngenyek, ngeledek gitu loh," tegas Panda melalui akun Instagram @totalpolitikcom.
Panda menjelaskan bahwa dalam keseharian, "raja Jawa" lebih sering digunakan dalam konteks negatif, bukan sebagai tanda penghargaan. Ia mencontohkan bagaimana istilah "Lurah" bisa merujuk pada berbagai tingkatan kekuasaan, mulai dari presiden hingga gubernur, tergantung konteksnya.
"Udah dikasih Lurah nggak? Kata Lurah apa? Bisa lurah itu kelas Presiden, kelas Gubernur, bisa chief," ungkap Panda.
Sebelumnya, Menteri Investasi Bahlil Lahadalia dalam pidatonya meminta kader partai berlambang pohon beringin untuk tidak main-main dengan ‘Raja Jawa’. Pernyataan ini memicu perdebatan mengenai makna dan konotasi istilah tersebut.