Sekolah Dasar Negeri (SDN) Setono di Ponorogo, Jawa Timur, tengah menghadapi tantangan serius. Untuk kedua kalinya berturut-turut, sekolah ini tak menerima siswa baru dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tahun ajaran 2025/2026. Kondisi ini mengakibatkan ruang kelas 1 kembali kosong, tanpa aktivitas belajar mengajar.
Minimnya minat siswa baru ini telah berlangsung selama beberapa tahun terakhir. Situasi ini menimbulkan kekhawatiran akan keberlangsungan SDN Setono dan memberikan dampak signifikan bagi guru dan siswa yang ada.
SDN Setono: Dua Tahun Tanpa Siswa Baru
Plt Kepala SDN Setono, Suhadi, mengungkapkan keprihatinannya. Beliau menyatakan bahwa tahun ini, tidak ada satupun siswa yang mendaftar di SDN Setono. Kondisi serupa juga terjadi tahun ajaran sebelumnya.
Suhadi menambahkan bahwa permasalahan ini sudah berlangsung beberapa tahun terakhir dan berdampak pada jumlah siswa yang sangat sedikit. Kondisi ini menciptakan tantangan besar bagi sekolah.
Jumlah Siswa yang Minim dan Dampaknya
Saat ini, SDN Setono hanya memiliki 16 siswa aktif. Rinciannya adalah 9 siswa kelas 6, 1 siswa kelas 5, 4 siswa kelas 4, dan 2 siswa kelas 3. Kelas 1 dan 2 sama sekali tidak memiliki siswa.
Minimnya jumlah siswa ini berdampak langsung pada suasana belajar mengajar. Suhadi menggambarkan situasi tersebut sebagai guru mengajar di depan bangku kosong.
Bahkan tiga tahun lalu, kelas satu hanya dihuni satu siswa. Kondisi ini menyiratkan penurunan jumlah penduduk usia sekolah di wilayah tersebut.
Dampaknya juga dirasakan langsung oleh para siswa. Rosyid, siswa kelas 4, mengaku merasa kesepian karena sedikitnya teman sekelas. Ia mengungkapkan keinginannya untuk memiliki lebih banyak teman.
Upaya dan Harapan untuk Masa Depan SDN Setono
Fenomena SDN Setono mencerminkan tantangan yang dihadapi beberapa sekolah negeri di daerah. Penurunan jumlah siswa baru dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk penurunan jumlah penduduk usia sekolah dan pilihan orang tua untuk menyekolahkan anak di sekolah swasta atau lembaga pendidikan lain.
Suhadi berharap pemerintah daerah dapat memberikan solusi untuk mengatasi permasalahan ini. Meskipun jumlah murid sedikit, pihak sekolah tetap berkomitmen memberikan layanan pendidikan sebaik mungkin.
Sekolah tetap menjalankan kegiatan belajar mengajar seperti biasa. Komitmen ini patut diapresiasi, namun membutuhkan dukungan nyata dari berbagai pihak agar SDN Setono dapat tetap bertahan dan berkembang.
Keberadaan SDN Setono penting bagi akses pendidikan di wilayah tersebut. Oleh karena itu, dibutuhkan solusi komprehensif dan kolaboratif antara pemerintah, masyarakat, dan sekolah untuk mengatasi masalah ini. Mungkin perlu adanya kajian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang menyebabkan penurunan jumlah siswa dan strategi untuk menarik minat masyarakat untuk menyekolahkan anak di SDN Setono.
Pemerintah daerah dapat mempertimbangkan berbagai strategi, seperti peningkatan kualitas fasilitas sekolah, program-program menarik untuk menarik minat siswa, dan kerjasama dengan masyarakat sekitar untuk mempromosikan sekolah. Partisipasi aktif dari semua pihak sangat diperlukan agar SDN Setono dapat kembali ramai dan memberikan pendidikan yang berkualitas bagi anak-anak di Kelurahan Setono.
Semoga solusi yang tepat dapat segera ditemukan sehingga SDN Setono dapat kembali berkembang dan memberikan kesempatan pendidikan yang layak bagi generasi muda di Ponorogo.