Study Tour Dilarang? Edukasi Industri: Kenapa Harus Dibatasi?

Redaksi

Study Tour Dilarang? Edukasi Industri: Kenapa Harus Dibatasi?
Sumber: Detik.com

Larangan study tour yang muncul pasca-kecelakaan maut di Subang, Jawa Barat pada Mei 2024, memicu perdebatan hangat di kalangan pelaku industri pariwisata dan dunia pendidikan. Banyak yang berpendapat bahwa study tour bukan sekadar kegiatan rekreasi, melainkan sarana pembelajaran berharga di luar kelas.

Diskusi di Kementerian Pariwisata pada 14 Mei 2025 menghadirkan berbagai pandangan mengenai pentingnya study tour yang edukatif dan bagaimana meminimalisir risikonya.

Study Tour: Antara Belajar dan Berwisata

Koordinator Nasional Perhimpunan Pendidikan dan Guru, Satriawan Salim, menjelaskan study tour memiliki dua sisi: “study tanpa tour” dan “tour tanpa study”.

Menurutnya, study tour merupakan bagian dari outdoor learning, metode pembelajaran di luar kelas yang sudah diterapkan di banyak negara maju seperti Singapura, Australia, Eropa, dan bahkan Tiongkok. Basis akademisnya sudah jelas dan terbukti efektif.

Satriawan menekankan pentingnya kriteria yang jelas dalam menentukan pelarangan study tour. Pembelajaran di kelas terkadang membosankan. Study tour menawarkan pengalaman belajar yang lebih relevan dan kontekstual bagi siswa.

Mencari Keseimbangan antara Edukasi dan Keselamatan

Direktur Utama Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Intan Ayu Kartika, menyatakan perlunya standarisasi kebijakan terkait study tour.

TMII, sebagai destinasi favorit untuk study tour, menawarkan banyak manfaat edukatif, khususnya terkait budaya Indonesia. Selain pembelajaran, study tour juga mengajarkan kemandirian dan pengendalian diri pada siswa.

TMII bukan sekadar tempat wisata, tetapi juga tempat belajar budaya, sejarah, dan kebhinekaan Indonesia.

Manfaat Study Tour bagi Siswa dan Masyarakat

Pengelola Desa Wisata Nglanggeran di Yogyakarta, Sugeng Handoko, mengungkapkan bahwa study tour bukan hanya rekreasi, tetapi juga proses pembelajaran nyata.

Terjadi pertukaran informasi antara siswa dan masyarakat setempat, membangun karakter dan berbagi inspirasi. Anak-anak kota terinspirasi oleh kehidupan di desa, sementara anak-anak desa termotivasi oleh kemampuan siswa kota.

Contohnya, siswa kota yang mahir bermain gamelan menginspirasi anak desa untuk belajar budaya Jawa. Sebaliknya, kemampuan berbahasa Inggris siswa kota menginspirasi anak desa.

Sugeng menambahkan bahwa larangan study tour dapat mengakibatkan terbatasnya pertukaran inspirasi dan pengembangan diri, menciptakan kekurangan perspektif.

Dampak Kecelakaan dan Kebijakan Terbaru

Insiden kecelakaan bus rombongan study tour SMK Lingga Kencana di Subang pada 11 Mei 2024, yang menewaskan lebih dari 10 orang, menjadi pemicu utama perdebatan ini.

Kejadian tersebut memicu kritik terhadap pelaksanaan study tour yang lebih menekankan aspek rekreasi daripada pendidikan. Sejumlah pemerintah daerah, termasuk Dinas Pendidikan Jawa Barat, kemudian mengeluarkan kebijakan larangan atau pengetatan izin study tour.

Fokusnya adalah pada peninjauan kembali manfaat, keselamatan, dan urgensi program study tour. Ada dorongan untuk melakukan kegiatan serupa secara lokal atau virtual untuk meminimalisir risiko dan biaya.

Jawa Barat menyatakan study tour tidak sepenuhnya dilarang, tetapi dibatasi hanya di wilayah Jawa Barat saja.

Kesimpulannya, perdebatan seputar study tour menunjukkan perlunya keseimbangan antara manfaat edukatifnya dengan perhatian serius terhadap aspek keselamatan dan efektivitas program. Standarisasi kebijakan yang jelas dan pengembangan metode study tour yang inovatif sangat penting untuk memastikan kegiatan ini tetap memberikan pengalaman belajar yang berharga bagi siswa tanpa mengorbankan keselamatan.

Also Read

Tags

Topreneur