Sebuah insiden pelecehan seksual terhadap penari Jathil di Ponorogo menggemparkan dunia maya. Video yang beredar luas di media sosial memperlihatkan seorang pria memukul bokong penari tersebut saat pentas seni Reog Obyok di Desa Tugurejo, Kecamatan Sawoo, pada Senin, 11 Mei 2023.
Kejadian ini memicu kemarahan publik dan menimbulkan perdebatan tentang pelecehan seksual di ruang publik. Pelaku, yang terekam dalam video, akhirnya meminta maaf atas tindakannya.
Pelecehan Terhadap Penari Jathil di Ponorogo
Insiden tersebut terjadi di tengah pertunjukan Reog Obyok yang menampilkan kesenian tradisional Jawa Timur. Seorang penari Jathil, sedang membawakan tariannya ketika seorang pria tiba-tiba mendekat dan memukul pantatnya.
Aksi pria tersebut terekam dalam video berdurasi dua menit yang kemudian viral di Instagram. Video tersebut memperlihatkan reaksi penari Jathil yang terkejut dan marah, sementara para pembarong berusaha menenangkan situasi.
Video viral tersebut telah ditonton lebih dari 1,7 juta kali di akun Instagram @ponorogo.update. Akun tersebut juga menyatakan telah menghubungi korban dan meminta izin untuk mempublikasikan video tersebut.
Berbagai komentar bermunculan di media sosial, mengecam tindakan pelaku dan menyoroti pentingnya menghormati para seniman. Banyak yang menganggap tindakan tersebut sebagai pelecehan seksual yang jelas, dan bukan sekadar candaan atau kecelakaan.
Klarifikasi dan Permintaan Maaf Pelaku
Setelah video tersebut viral, pelaku pelecehan, yang bernama Djemono, warga Kecamatan Sawoo, meminta maaf kepada korban dan komunitas seniman Reog Ponorogo.
Permintaan maaf tersebut disampaikan pada Selasa, 13 Mei 2023, dalam pertemuan kekeluargaan di rumah Hari Purnomo, tetua seniman Reog Ponorogo yang akrab disapa Mbah Pur.
Djemono mengakui perbuatannya yang dilakukan di bawah pengaruh minuman keras. Ia menyatakan menyesali tindakan cerobohnya dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi.
Pertemuan tersebut dihadiri oleh pihak kepolisian, korban, pelaku, dan para seniman Reog Ponorogo. Pertemuan ini difasilitasi sebagai upaya penyelesaian secara kekeluargaan.
Dampak dan Langkah Ke Depan
Korban pelecehan memilih untuk menyelesaikan masalah ini secara damai. Namun, ia menekankan pentingnya kejadian ini sebagai pembelajaran bagi semua pihak.
Korban berharap kejadian ini tidak membuat penari Jathil lainnya merasa takut untuk melestarikan budaya. Ia ingin peristiwa ini menjadi momentum untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya menghormati seniman dan mencegah tindakan pelecehan serupa.
Mbah Pur, sebagai tetua Reog Ponorogo, menegaskan bahwa penyelesaian secara kekeluargaan ini tidak berarti mereduksi keseriusan tindakan pelecehan. Ia berharap kasus ini menjadi peringatan keras agar kejadian serupa tidak terulang lagi.
Kejadian ini menyoroti pentingnya perlindungan bagi para seniman dan perlunya penegakan hukum yang tegas terhadap pelaku pelecehan seksual. Harapannya, kejadian ini menjadi momentum untuk menciptakan lingkungan yang lebih aman dan menghormati para seniman dalam menjalankan profesinya.
Pentingnya edukasi dan kesadaran masyarakat mengenai pelecehan seksual juga menjadi sorotan. Perlu upaya bersama untuk menciptakan budaya yang menghormati perempuan dan melindungi mereka dari kekerasan dan pelecehan.
Semoga kasus ini menjadi pelajaran berharga, tidak hanya bagi pelaku, tetapi juga bagi masyarakat luas, untuk lebih menghargai seni dan seniman, serta menciptakan lingkungan yang aman dan bebas dari kekerasan.