Harga minyak nilam, komoditas penting dalam industri parfum dan kosmetik, mengalami kenaikan di awal Februari 2025. Kenaikan ini terjadi di beberapa wilayah di Indonesia, khususnya Aceh dan Sulawesi Utara, menunjukkan peningkatan permintaan baik di pasar domestik maupun internasional.
Permintaan yang meningkat ini mendorong harga minyak nilam di Aceh melonjak hingga Rp 50.000 per kilogram. Dari Rp 1.850.000 per kilogram di akhir Januari, harga kini mencapai Rp 1.900.000 per kilogram. Kondisi serupa juga terlihat di Sulawesi Utara, dengan kisaran harga yang hampir sama.
Lonjakan Harga Minyak Nilam dan Dampaknya terhadap Petani
Kenaikan harga minyak nilam disambut baik oleh para pedagang, seperti Khaidir di Blangpidie, Aceh Barat Daya. Ia menyebutkan bahwa peningkatan harga tersebut berkat membaiknya permintaan pasar.
Namun, fluktuasi harga minyak nilam yang kerap terjadi menjadi perhatian serius. Wakil Ketua Komisi II DPRK Aceh Selatan, Syarkawi BA, menyoroti keresahan petani akibat ketidakstabilan harga. Harga yang sempat mencapai Rp 2.200.000 per kilogram pernah anjlok hingga Rp 1.700.000 per kilogram.
Syarkawi menekankan pentingnya pemerintah dan pihak terkait untuk menjaga kestabilan harga dan melindungi petani dari praktik curang tengkulak. Petani, menurutnya, kerap kesulitan mengembalikan modal usaha akibat fluktuasi harga yang tajam.
Senada dengan hal tersebut, Anggota DPRD Sulut, Michaela Elsiana Paruntu, juga mendorong pemerintah daerah untuk melakukan kajian mendalam terkait harga jual nilam. Kajian ini diharapkan dapat menjadi dasar kebijakan untuk menstabilkan harga dan meningkatkan pendapatan petani.
Analisis Harga dan Perkembangan Pasar Minyak Nilam
Di tingkat agen pengumpul, harga minyak nilam saat ini berkisar antara Rp 1.850.000 hingga Rp 1.900.000 per kilogram. Perbedaan harga tersebut bergantung pada kualitas dan negosiasi antara agen dan petani.
Sementara itu, harga bibit nilam relatif stabil. Di Aceh, harga bibit berada di angka Rp 250 per batang, sedangkan di Sulawesi Utara sedikit lebih tinggi, yaitu Rp 400 per batang. Stabilitas harga bibit ini menjadi angin segar bagi petani yang berencana untuk memperluas lahan tanam.
Panduan Lengkap Budidaya Tanaman Nilam
Minyak nilam dihasilkan dari beberapa varietas tanaman nilam, masing-masing dengan karakteristik dan keunggulannya sendiri.
Nilam Aceh, misalnya, dikenal dengan kadar minyak atsiri yang tinggi dan kualitas minyak yang unggul, sehingga banyak diekspor. Sementara Nilam Jawa lebih tahan terhadap hama dan penyakit, menjadikannya pilihan alternatif bagi petani.
Berikut langkah-langkah budidaya tanaman nilam yang dapat dipraktekkan:
- Persiapan Bibit dan Media Tanam: Pilih bibit berkualitas dan gunakan media tanam yang berdrainase baik, misalnya campuran lumut gambut, vermikulit, dan perlit.
- Penentuan Lokasi Tanam: Pilih lokasi yang mendapat sinar matahari cukup atau tempat yang hangat dan lembap untuk pertumbuhan optimal.
- Penanaman: Benih dapat ditaburkan di permukaan tanah yang lembap, kemudian dipindahkan ke pot atau lahan setelah berkecambah. Penanaman di lahan terbuka memerlukan persiapan lahan yang baik, termasuk pembajakan dan pemberian pupuk organik.
- Perawatan Tanaman: Penyiraman teratur, pemupukan seimbang, dan pengendalian hama dan penyakit sangat penting untuk menjaga kesehatan dan produktivitas tanaman.
- Panen: Panen dilakukan setelah 4-6 bulan masa tanam, dengan interval panen berikutnya setiap 3-4 bulan.
Hama dan penyakit utama yang perlu diwaspadai antara lain Root-knot Nematode dan Hawar Daun. Penggunaan pestisida dan fungisida harus dilakukan dengan bijak dan sesuai anjuran.
Dengan pemahaman yang baik tentang budidaya dan pengelolaan tanaman nilam, serta dukungan kebijakan pemerintah yang konsisten, diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan petani nilam di Indonesia.
Kenaikan harga minyak nilam saat ini memberikan optimisme bagi petani, namun kebijakan yang mendukung stabilitas harga dan perlindungan petani tetap menjadi kunci keberlanjutan industri nilam di masa mendatang. Hal ini perlu diimbangi dengan inovasi dan pengembangan teknologi budidaya yang lebih efisien dan ramah lingkungan.