Menanamkan nilai kemandirian dan empati pada anak usia dini (PAUD) seringkali menjadi tantangan tersendiri bagi para pendidik. PAUD Mutiara Ibu di Purworejo, Jawa Tengah, memiliki pendekatan unik dan efektif: program *live-in*. Program ini telah berjalan selama 20 tahun, melibatkan anak-anak TK B berusia 5-6 tahun yang menginap di sekolah tanpa didampingi orang tua.
Metode ini terbukti ampuh membentuk karakter anak. Mereka belajar beradaptasi dan mengembangkan keterampilan sosial di lingkungan baru, tanpa ketergantungan orang tua.
Program *Live-in*: Membangun Kemandirian dan Empati
Program *live-in* di PAUD Mutiara Ibu lebih dari sekadar menginap di sekolah. Sisilia Maryati, pengelola PAUD dan anggota ECED Council Indonesia, menjelaskan, anak-anak belajar berbagi, berkolaborasi, dan mengatasi tantangan kecil secara mandiri.
Kegiatan ini mencakup berbagi tempat tidur, makanan, bercerita sebelum tidur, serta menjalani rutinitas harian bersama teman sebaya dan guru. Semua ini dilakukan tanpa campur tangan orang tua, mendorong anak untuk mengembangkan rasa percaya diri dan kemampuan problem-solving.
Kisah Cyntia dan Keke: Empati Murni di Usia Dini
Salah satu momen mengharukan terjadi antara Cyntia, anak bisu tuli, dan Keke, temannya. Dalam sesi persiapan mandi, Cyntia hanya tersenyum tenang, sementara Keke secara spontan mengambilkan tas mandi Cyntia dan berkomunikasi dengan bahasa isyarat.
Kejadian ini menunjukkan empati murni yang tumbuh alami di antara anak-anak. Tanpa arahan khusus, Keke menunjukkan kepedulian dan membantu temannya. Hal ini membuktikan nilai kemanusiaan dapat ditanamkan sejak dini melalui interaksi sosial yang positif.
Pendidikan Inklusi: Keberagaman sebagai Kurikulum Hidup
PAUD Mutiara Ibu juga menerapkan pendidikan inklusi yang komprehensif. Bagi Sisilia, inklusi bukan hanya menerima anak berkebutuhan khusus, tetapi menciptakan lingkungan belajar yang ramah dan setara untuk semua anak.
Anak-anak dengan beragam kondisi fisik, intelektual, sosial, atau emosional, belajar, bermain, dan tumbuh bersama tanpa diskriminasi. Keberagaman menjadi bagian integral dari proses pembelajaran, membentuk karakter anak yang terbuka dan toleran.
Dalam lingkungan inklusif, anak-anak belajar menghargai perbedaan, berkomunikasi dengan berbagai cara, dan saling membantu. Mereka tidak memandang perbedaan sebagai hambatan, melainkan sebagai kesempatan untuk belajar dan berkembang bersama.
Sisilia menekankan bahwa pendidikan inklusi ini memberikan dampak positif bagi semua anak. Anak-anak mengembangkan empati, kemampuan komunikasi, keterampilan pemecahan masalah, serta ketahanan sosial-emosional yang kuat.
Program ini bukan hanya bermanfaat bagi anak berkebutuhan khusus, tetapi juga memperkaya pengalaman belajar semua anak. Mereka belajar menghargai perbedaan, berkolaborasi, dan membangun relasi yang positif.
Pendidikan inklusif di PAUD Mutiara Ibu menunjukan bagaimana keberagaman dapat menjadi kurikulum hidup yang berharga. Anak-anak belajar menerima, menghargai, dan merangkul perbedaan, menjadi bekal penting untuk hidup di masyarakat yang plural dan membangun generasi yang lebih adil dan toleran.
Melalui program *live-in* dan penerapan pendidikan inklusi, PAUD Mutiara Ibu memberikan contoh nyata bagaimana menanamkan nilai-nilai kemandian, empati, dan keberagaman pada anak usia dini. Model pendidikan ini patut diapresiasi dan diadopsi sebagai inspirasi bagi lembaga pendidikan lainnya.